Rabu, 28 November 2012

Pengolahan Pangan Lokal



“ROTI EGG ROLL GARUT”



Purwosari adalah wilayah di kecamatan Girimulyo yang memiliki potensi tanaman pangan cukup variatif, ada polo gumandul, polo kependem dan polo kesimpar semua potensi ini bila dapat dibudidayakan dengan lebih serius maka akan menjadi sumber penghidupan bagi warganya.
Menyadari hal ini kelompok Ngudi Mulyo dengan kesadaran sendiri berinisiatif mencari ilmu dan ketrampilan dalam mengolah potensi pangan lokal menjadi makanan yang diharapkan dapat bersaing dengan produk-produk makanan instan yang menurut mereka sudah menjajah makanan lokal yang ada.
Adalah Mbak Kartini yang kemudian berinisiatif mencari narasumber pengolahan pangan Lokal, dan beliau bertemu bapak Kemin dari kelompok Mekar Sari, Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo yang memiliki wawasan luas tentang pengolahan pangan lokal, mengolah umbi-umbian menjadi tepung, dan kemudian dari tepung itu bisa dibuat aneka macam panganan lokal yang tidak kalah baik gizi, rasa, serta penampilannya dengan panganan produk pabrikan.
Hari senin 26 Nopember 2012 di Rumah Mbak Kartina, Gedong, Purwosari, diadakan “ Pelatihan Pengolahan Pangan Lokal”, dihadiri oleh sekitar 38 orang dari kelompok Ngudi Mulyo, 3 orang narasumber , 2 orang dari Lesman, dalam pengantarnya Bapak Kemin menjelaskan bahwa pengetahuan masyarakat tentang pangan hanya berkutat pada jenis makanan pokok beras, jagung, gandum, dan ketela , padahal potensi yang kita miliki sangat banyak hanya saja sentuhan tehnologi pengolahan belum dilakukan untuk jenis-jenis sumber makanan yang lain, maka kelompok mekar sari adalah salah satu kelompok yang focus pada bagaimana menerapkan tehnologi pengolahan pada jenis jenis sumber pangan lokal seperti, Mbote, ketela, garut, sluwek, uwi, mbili, tales dll.
Kemudian Pak Kemin member penjelasan tentang bagaimana membuat tepung dari semua jenis sumber makanan tadi, pada prinsipnya semua hampir sama, setelah sumber makanan itu dipanen, kemudian dibersihkan, kemudian direbus selama 15 menit untuk menghlangkan getah, setelah itu di “Sawut” atau dipotong-potong, direndam dalam air 3 hari 3 malam, dikeringkan kemudian ditumbuk atau digiling menjadi tepung, sangat mudah….setelah jadi tepung maka dapat menjadi bahan dasar untuk roti kering, roti basah (bronis) dll.
Pada kesempatan ini kita akan mempraktekkan cara membuat kue Egg Roll (kue semprong ) dari tepung Garut, Resepnya adalah : maizena 1 sendok, wijen 1 sendok, tepung garut (mokaf) 2 ons, tepung beras 1 ons, gula pasing 2 ons, dan pewarna, 1 butir telur ayam, setengah sendok garam, 1000 mili liter santan, dan 2 sendok air kapur sirih. Caranya adalah ; campur tepung garut dan beras, kocok gula pasir dan telur hingga mengembang, kemudian dicampur, ditambah santan, garam, dan air sirih, aduk secara merata, kita panaskan cetakan, masukkan 1-2 sendok adonan dalam cetakan, ditutup dan dibolak-balik, buka dan gulung dan dinginkan, makanan sudah siap saji.
Demikian setelah resep dan cara memasak dibeberkan kemudian semua berkumpul diteras dan mempraktekkan resep tadi, kurang lebih 1 jam ibu-ibu sudah dapat merasakan bagaimana caranya membuat kue ini, dan tentu dapat merasakan enaknya kue ini, anak-anak yang ikut hadir juga senang dengan makan ini.
Teryata resep dari pak Kemin cukup simple dan mudah dipraktekkan, setelah istirahat makan siang kegiatan dilanjutkan membuat bronis dengan bahan dasar tepung kasafa dan coklat…namun kali ini hasilnya kurang bagus karena padamnya listrik maka mixer tidak dapat digunakan, sehingga proses pengadukan kurang merata.
Pak kemin banyak berbagi resep pengolahan pangan lokal, dan menurut beberapa ibu yang hadir akan dipraktekkan sendiri di lain waktu. Kegiatan ini di dukung Lesman karena sesuai dengan kegiatan Lesman yang mengupayakan pemanfaatan potensi pangan lokal, agar masyarakat khususnya petani kecil tidak tergantung pada makanan yang berasal dari terigu, dan diharapkan dengan kembalinya makanan lokal dalam konsumsi masyarakat, maka ketahanan pangan akan dapat terjaga. (HDN12)

Kamis, 22 November 2012

Forum Petani Kakao



 Study Banding Forum Petani Kakao Kulonprogo dan Gunungkidul 
ke Pusat Penelitian kopi dan kakao Indonesia di Jember Jawa Timur
18- 20 Nopember 2012
Pada umumnya  sebagian besar petani kakao kurang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam teknis budidaya dan pasca panen kakao, sehingga dalam pengelolaan kakao yang dimilikinya tidak  bisa menerapkan cara-cara pengelolaan yang baik (  Good Agriculture Practices ) , hal ini sebenarnya tidak hanya masalah teknis, tetapi juga terkait dengan masalah sosial-ekonomi yang belum menempatkan kakao sebagai komoditas utama untuk menopang ekonomi rumah tangga. Penempatan kakao yang hanya sebagai tanaman sela atau tanaman pelangkap lahan pekarangan saja juga menjadi penyebab tidak optimalnya petani dalam mengelola tanaman kakao. Kakao yang sebenarnya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi ketika dikelola dengan benar (mulai dari proses budidaya sampai pasca panen) saat ini tidak memberikan peningkatan ekonomi petani secara signifikan.

Masalah keterbatasan sumber daya manusia ini juga terjadi di Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo DI Yogyakarta, masalah ini   menjadi hambatan dalam peningkatan produksi dan mutu kakao, padahal di dua Kabupaten ini memiliki potensi besar untuk komuditas kakao,di Gunung Kidul ada potensi lahan 3.500 Ha, di Kulon Progo ada potensi   3.398,53 Ha.dengan demikian keterbatasan pengetahuan dan kesadaran petani dalam menerapkan standar budi daya tanaman kakao perlu mendapat perhatian.
Pemberian pelatihan dan penyuluhan merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (petani) yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas  dan kualitas tanaman kakao sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Melihat persoalan di atas  kami ( LESMAN ) Sebagai Lembaga Pendamping Petani Kakao sudah berupaya meningkatkan kapasitas  SDM petani kakao melalui penyuluhan-penyuluhan dalam pertemuan kelompok , sekolah lapang teknis budidaya kakao, sekolah lapang Penanganan pasca panen , pelatihan QMS ( Quality managemen sistem), pelatihan ICS ( Internal Control Sistem) dan mengorganisir terbentuknya  “Operator ICS”  dan “Organisasi Pemasaran Bersama” sebagai langkah agar pendampingan petani kakao dapat berjalan secara konperhenship dan berkesinambungan.
Kali ini kami mengajak perwakilan Petani kakao dari kedua wilayah ini untuk menambah kemampuan dan ketrampilan tentang teknis budidaya, pengelolaan kakao ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Harapan kami dengan belajar pada pakarnya Petani akan mendapat pengetahuan ilmu dan ketrampilan yang lebih baik
Add caption
 Di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember, peserta disambut hangat oleh ibu Tuti sebagai tuan rumah, ada acara sarasehan  belajar teory budidaya kakao dengan narasumber Bapak Nurcolis , paparan dilakukan secara cepat karena rata-rata peserta sudah banyak yang memahami, para peserta hanya bertanya untuk lebih meyakinkan terhadap pengeahuan yang sudah dimiliki, kemudian peserta diajak keliling di kebun kopi dan kakao, melihat jenis kakao SE yang menjadi produk unggulan dari ICCRI Jember, semua kagum dengan tanaman yang baru berusia 1 tahun tetapi sudah bisa berbuah, kemudian peserta diajak mempelajari naungan atau pohon sela yang baik, yaitu lamtoro, yang daunnya bisa digunakan untuk pakan ternak, maka dari itu peserta juga diajak untuk melihat integrasi kakao  kopi dengan ternak kambing, ditengah kebun kopi dan kakao ada kandang kambing, sangat baik jika diterapkan pola ini di Gunungkidul atau Kulonprogo.
Setelah puas di kebun dan kandang, peserte diajak ke unit pengolahan kopi dan kakao, terdapat banyak alat diantaranya alat pengupas, penyaring, pengering, fermentasi, sampai pada pengolahan limbah, ada biogas dan mesin pengubah biogas menjadi tnaga listrik, karena peralatanya terlalu canggih maka para peserta tidak begitu tertarik, mungkin saja karena tidak mungkin untuk membelinya.
Dari tempat pengolahan peserta dipersilakan masuk ke ruangan pengolah kakao menjadi makanan siap saji, coklat, minuman, permen, kue dll, di sini juga sangat banyak mesin pengolah yang dipandang canggih oleh para peserta. Setelah selesai kemudian dipersilakan masuk ke Toko yang menjual aneka makanan dengan bahan dasar kakao produk Jember, ada yang kemudian memborong namun ada juga yang hanya melihat-lihat, karena setelah menjadi makanan ternyata kakao menjadi mahal.



Demikian sekilas jalan-jalan Forum Petani kakao Kulonprogo dan Gunungkidul ke Jember……..setelah selesai rombongan bertolak ke pantai Papuma Jember…untuk Refresing…….(HDN12)

Kegiatan Maret 2012

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM
kegiatan awal 1 Suro di Nglambur

OBROLAN

Waktu sekarang

pengunjung

Pages - Menu

woro-woro