Sabtu, 30 Juni 2012

Kabar Radio Komunitas Petani


RADIO KOMUNITAS “TRISNA ALAMI”
PINDAH STUDIO

Trisna Alami ( FM 107.7 MHz )radio komunitas yang paling tua dan paling eksis diantara radio komunitas binaan Lesman, pada pertengahan Juni 2012 berpindah Studio, masih tetap di Dukuh Ngarandu, Desa Kaliagung, Sentolo, Kulon Progo, hanya dulu di Rumah Mbah Pur sekarang di rumah Bapak Sampano, alasan kepindahan karena permintaan dari Tuan Rumah. “Karena Radio ini milik semua warga Ngarndu maka tentu kepindahan ini didukung oleh semua warga (terutama pengurus radio),warga bergotong royong memindahkan kotak studio, peralatan studio, dan towernya, bahkan warga sempat mengumpulkan uang untuk biaya kepindahan, namun masih kurang karena listriknya juga harus pasang lagi “, demikian disampaikan Mas Giyono saat rombongan Pengawas Lesman hadir untuk mengadakan monitoring (28 Juni 2012).

Pengurus Lesman memberi apresiasi pada pengelola radio karena radio ini meskipun paling tua tetap eksis, banyak rintangan dan hambatan tidak menjadi penghalang  radio ini untuk mengudara, semua ini karena ada rasa memiliki dari semua warga, semoga radio ini akan tetap eksis dan berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.
     Dalam keseeharian radio ini mengudara setiap malam dengan menyuguhkan lagu-lagu kenangan dan campursari, ada “Pilpen” lagu pilihan pendengar melalui sms, radio ini juga sering dimanfaatkan oleh Gapoktan dan Pemerintah desa untuk sosialisasi beberapa program pertanian atau pedesaan,juga sering dipakai lembaga-lembaga pemerintah dan suwasta untuk promosi program, adakalanya menyiarkan secara lagsung jika ada pagelaran wayang kulit, ini menunjukkan bahwa radio ini bermanfaat untuk hiburan dan menambah pengetahuan warga Ngrandu dan sekitarnya.(HDN12)

Senin, 18 Juni 2012

Penutupan SL Purwosari

“KAKAO DI DADAKU, LESMAN DI LENGANKU”
Purwosari 23 Mei 2012
“Kakao di dadaku, Lesman di lenganku “ demikian pekik Widodo peserta SL Purwosari, meski pekiknya pelan tapi sempat terdengar oleh pendamping Lesman dan menjadi bahan guyonan bersama, di akhir Sl kakao Purwosari dibagikan kaos hasil mereka menyisihkan uang konsumsi, pada kaos tersebut terdapat tulisan besar “Sekolah lapang Kakao” tepat di dada, dan dilengan kanan ada logo Lesman yang cukup besar, ya…ternyata kaos ini menjadi semangat tersendiri bagi Widodo yang memang masih berusia muda dan berambut gondrong, dia dijuluki peserta paling “Ngeyel” ( suka mendebat) bagi teman-temannya yang sedang presentasi, itulah sekelumit cerita pada penutupan SL Purwosari.
Pada kesempatan penutupan SL di Purwosari hadir mas Sigit Prihandono (Direktur Lesman) dan Mas Eko Budi Darmanto (Divisi Usaha Tani dan Pengembangan Ekonomi Produktif Lesman ) sehingga pada kesempatan itu peserta memiliki kesempatan untuk diskusi tentang pengembangan kakao dan pengembangan usaha ekonomi produktif, sebagai rencana tindak lanjut dari kegiatan SL ini, dalam salah satu rencanannya adalah untuk melakukan pemasaran bersama kakao ditingkat kelompok, dengan bentuk seperti KUB (Kelompok Usaha Bersama)tentu saja untuk bisa mengambil semua panennan kakao di Purwosari dan sekitarnya membutuhkan modal, ini yang menjadi diskusi menarik pada penutupan SL di Purwosari.
Ibu-ibu yang hadir juga memiliki keinginan untuk megembangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, seperti bagaimana membuat makanan dari bahan-bahan pangan lokal terutama bagaimana membuat minuman dari “Temulawak” salah satu potensi yang mereka miliki, keinginan ini akan diperdalam melalui diskusi di pertemuan rutin yang akan mereka lakukan setiap tanggal 12.
Pada penutupan ini juga dibagi bibit kakao yang berhasil mereka bibitkan pada masa SL, karena tingkat kematiannya cukup rendah maka dari bibit awal sekitar 700 pada akhirnya juga masih ada sekitar 700 batang, dibagikan pada 30 orang peserta SL. (HDN12)


Penutupan SL Kakao Kebonharjo


Ini Bukan Akhir,Tapi Awal Pengembangan Kakao Di Kebonharjo
Kebonharjo, 4 Juni 2012
“ini bukan akhir, tapi awal pengembangan kakao di Kebonharjo” demikian disampaikan Bapak Muhadi dari BP3KP (Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan) Kecamatan Samigaluh saat menutup Sekolah Lapang kakao di Kebonharjo, maksudnya SL boleh berakhir pada pertemuan 16 ini tetapi perjalanan panjang pengembangan kakao di Kebonharjo baru awal untuk dimulai, karena walaupun kakao sudah ditanam di Kebonharjo sejak kira-kira 10 tahun yang lalu tetapi ternyata keberadaan kakao belum dapat secara maksimal diperhatikan, maka  dengan rencana tindak lanjut untuk melakukan pertemuan rutin pada setiap tanggal 16  semoga bisa dapat menjadi jalan bagi pengembangan kakao secara serius.
Penutupan SL di Kebonharjo memang agak molor waktunya mengingat materi SL tentang ekologi tanah belum bisa diselesaikan pada pertemuan sebelumnya, namun dengan tekun dan sabar peserta SL tetap mengikuti.
Pada saat evaluasi bersama para peserta masih merasakan agak tegang pada saat mengikuti Sl, berbeda dengan peserta SL di Sidoharjo yang merasa enjay mengikuti SL, mungkin saja karena peserta SL Kebonharjo yang didominasi oleh ibu-ibu muda masih merasa seperti sekolah di sekolah formal, padahal seharusnya tidak…karena Sl sudah dikemas oleh pemandu untuk sedapat mungkin tidak ada jarak antara pemandu dan peserta, ini menjadi catatan penting bagi para pemandu untuk member suasana santai dalam belajar.
Setelah Sl ada rencana dari Forum Petani kakao Kulonprogo dan Pendamping Lesman untuk melakukan monitoring pada seluruh peserta SL di rumah masing-masing, kegiatan ini untuk melihat kegiatan mereka untuk budidaya kakao, apakah ada perubahan prilaku atau tindakan pada proses budidaya kakao mereka, kegiatan ini juga pernah dilakukan pada SL Banjarsari dan Giripurwo.
Semoga harapan peserta untuk dapat memiliki ketrampilan dan pengetahuan tentang budidaya kakao dapat terjawab dengan adanya Sekolah Lapang ini…Semoga…( HDN12 )


Penutupan SL Kakao Sidoharjo




“Ubat Ubet Iso Ngliwet, Wong Tani Kudu Ulet “
 Sidoharjo 16 Juni 2012

“Ubat Ubet Iso Ngliwet, Wong Tani Kudu Ulet “ Ini adalah bahasa Jawa yang bila diartikan bahasa indonesia maknanya adalah “ agar bisa makan, petani harus ulet dan bekerja keras” itu semboyan yang ada pada kaos biru sebagai kenang-kenangan Sekolah Lapang Kakao Desa Sidoharjo, Samigaluh, Kulon Progo, pada kesempatan penutupan sl ini kaos tersebut dibagikan pada peserta sebagai kenang-kenangan, Sekolah lapang ini dijalani selama 16 kali pertemuan pada seminggu satu kali, dimulai awal Pebruari 2012 dan selesai pada pertengahan bulan Juni.
Materi Sekolah lapang yang disiapkan oleh teman-teman pemandu Lesman adalah materi budidaya dan pasca panen, jadi mulai dari awal pembibitan sampai bagaimana meningkatkan kualitas kakao pada pengelolaan pasca panen, kemudian ada tambahan materi tentang pengorganisasian dan ekologi tanah.
Tema pelatihan ini memang bertema pengelolaan kakao menuju pada kakao organic, sebagai langkah menuju pengelolaan pertanian yang selaras alam dan berkelanjutan, maka semua materi tentang pembuatan pupuk dan penanganan OPT ( organisme Pengganggu Tanaman) selalu dipilihkan dari bahan-bahan alami.
Beberapa tokoh tani di Sidoharjo turut serta dalam pelatihan ini, rata-rata mereka adalah penyuluh suwadaya diantaranya pak Abu, Pak Mardi, Pak Umar, Pak Edi, Pak Giwanto,dll. Dari pemandu Lesman mengajak Mas Raharjo, dan Mbak Prapti, mereka sudah banyak belajar tentang kakao dan pertanian organic.
Pada penutupan ini Kepala Desa ( Budi Hutomo Putro )mengucapkan terima kasih pada Lesman atas kerjasama ini, ternyata dengan adanya SL ini petani menjadi memiliki semangat untuk mengelola kakao, kakao yang pada awalnya dianggap tanaman yang mendatangkan nyamuk, tidak bermanfaat dan sulit pengelolaannya, sekarang menjadi terbuka  karena masa depan produksi kakao masih sangat menjanjikan dengan harga yang relative stabil dan dibutuhkan banyak negara, beliu berharap adanya tindakan nyata ditingkat peserta SL, sehingga menjadi contoh pada petani yang lain, selanjutnya kepala desa  berharap pada Lesman untuk tetap melakukan pendampingan pada para petani.
Dari Lesman juga mengucapkan terima kasih kepada kepala Desa yang sudah memberikan kebebasan dalam mendampingi petani di wilayah Sidoharjo, mulai dengan pendampingan intensif di dukuh Nglambur sampai di 7 pedukuhan untuk komoditas kakao saat ini, ucapan terima kasih juga disampaikan pada para peserta yang dengan semngat tinggi mengikuti SL ini, dari 40 orang hanya 2 orang yang sering tidak hadir, ini menunjukkan semangat dan kemauan yang tinggi dari petani.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan bersama dengan menuliskan pada kertas ada harapan beberapa materi perlu diperdalam lagi, terutama tentang penanganan OPT, Pupuk Organik dan materi ekologi, dari para pemandu sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tidak sepaneng dan pemberian materi sudah diselingi dengan humor dan permainan, tetapi karena banyaknya materi maka pengaturan waktu menjadi sering molor, ini yang dikeluhkan para peserta.
Untuk rencana tindak lanjut akan dilakukan pertemuan ditingkat peserta dan dipedukuhan masing-masing untuk sosialisasi pada petani lain, dan untuk kegiatan nyata akan melakukan pembibitan kakao dan pembuatan pupuk organic ditingkat kelompok.
Sekolah lapang di tempat pak dukuh Nyemani ini ditutup dengan doa, “tepuk tangan kakao” bersama dan pembagian bibit kakao pada semua peserta, masing-masing mendapat 11 bibit…(HDN12)




Sabtu, 09 Juni 2012

Audensi Forum Petani Kakao


“ Petani itu harusnya bercocok tanam bukan bertanam cocot ( Bahasa Jawa : Mulut )”


Demikian guyonan yang disampaikan Bupati Kulon Progo pada audensi Bupati dengan Forum Petani Kakao Kulon Progo hari Rabu 6 Juni 2012, maksudnya petani tidak usah banyak bicara tetapi banyak bekerja bercocok tanam, guyonan ini kemudian disambut tawa dari 19 perwakilan petani kakao di dua kecamatan Girimulyo dan Samigaluh, meskipun kata-kata ini sangat kasar tetapi dengan guyonan ini suasana menjadi cair dan lebih akrab.
Audensi ini dimohon oleh Forum untuk beberapa tujuan seperti disampaikan oleh  Kordinator Forum  ( Raharjo dan Nardi), yaitu : 
 1.     Silahturahmi dan perkenalan
2.  Diskusi tentang peningkatan kualitas dan produktifitas kakao di Kulon Progo
3. Diskusi tentang Buku Panduan ICS (Internal Control Sistem ) sebagai panduan budi daya kakao
4. Memohon kesediaan Bapak Bupati untuk memberikan Kata pengantar pada Buku Panduan ICS Kakao
Bupati dan Kepala Dinas pada kesempatan itu  menyambut baik kedatangan petani kakao, menjelaskan tentang bagaimana meningkatkan produksi dan kualitas kakao maka  petani harus melakukan perawatan tanaman dan melakukan pola tanam yang baik, petani Kulon Progo setiap tahun pasti menambah jenis tanaman pada lahan yang sempit, dengan demikian tumpangsari menjadi tidak rasional, tanaman kakao harus bersaing dengan tanaman keras seperti Mahoni, sengon, bambu, jati dll, kondisi ini memperburuk kondisi lahan, tanaman menjadi tidak berkembang, banyak penyakit dan hama , maka produksi dan kualitas kakao menjadi rendah.
Tentang keberadaan Forum Bupati berpesan agar kelompok ini benar-benar melakukan aktifitas budidaya kakao, semua petani yang tergabung juga harus memiliki tanaman kakao jangan sampai kita teriak-teriak tentang kakao tetapi kita sendiri tidak mengelola, tentang kesediaan bupati untuk memberi kata pengantar pada Buku Panduan ICS yang akan dicetak, bupati berharap ada perbaikan tentang sumber dan referensi materi harus dicantumkan , alasan mencetak buku juga harus jelas sehingga ada beda dengan buku panduan teknis yang sudah ada, tentu saja setelah itu bupati bersedia untuk memberi sambutan pada buku itu.
                Diskusi ini diakhiri dengan tawaran Bupati untuk mengajak Forum melakukan pertemuan dengan produsen coklat “ Monggo” di Yogyakarta dan pihak akademisi untuk menjajaki kemungkinan pemasaran kakao dan bagaimana pengolahan kakao menjadi makanan atau bubuk coklat. (HDN12)



Kegiatan Maret 2012

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM
kegiatan awal 1 Suro di Nglambur

OBROLAN

Waktu sekarang

pengunjung

Pages - Menu

woro-woro