Kamis, 25 Agustus 2011

Diskusi Kakao




Banjarsari, 16 Mei 2011

Setelah pada awal bulan Mei 2011, pak Nardi dan Lesman merapat ke Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kulonprogo menemui Bapak Sugito, maka acara “Diskusi Kakao Kulonprogo” menjadi lebih mantab untuk dilaksanakan, Pak Sugito bersedia menjadi narasumber dengan tema “ Peningkatan Produksi dan Kualitas Kakao Kulonprogo “ dan pelaksanaannya dipilih tanggal 16 Mei 2011, meskipun tanggal merah tetapi Pak Sugito tetap bersedia untuk hadir. Lebih lanjut tentang jalannya proses diskusi dilaporkan seperti dibawah ini :

CATATAN PROSES

Acara diawali dengan pembukaan oleh Pak Nardi selaku panitia pelaksanaan kegiatan ini
Penyampaian maksud dan tujuan disampaikan oleh P. Raharjo
Acara ini digagas dalam kegiatan SL kakao yang dilakukan di Giripurwo , Girimulyo dan di Banjarsari Samigaluh, ebagai langkah advokasi petani kakao untuk memahami berbagai kebijakan tentang kakao di Kulonprogo, Meskipun kegiatan ini baru langkah awal untuk menjalin komunikasi antara petani kakao dengan pihak Dinas,namun semoga setelah acara ini yang diikuti oleh sekitar 54 orang peserta dari 22 kelompok di Banjarsari , Giripurwo, Pagerharjo dan Kebonharjo komunikasi itu bisa jalan terus, adapun maksud dan tujuan dari diskusi ini adalah sebagai berikut :
• Agar ada sharing tentang strategi dan kebijakan serta program-program Disbun dalam peningkatan mutu dan kualitas kakao di Kulonprogo.
• Untuk meningkatkan pemahaman Petani tentang strategi dan kebijakan serta program-program Disbun dalam peningkatan mutu dan kualitas kakao di Kulonprogo.
• Memperluas peluang petani untuk mendapatkan pendampingan dan fasilitas dari Disbun.
• Meningkatkan komunikasi antara petani dengan dinas terkait dalam hal ini Disbun

Sambutan dari Kepala Desa Banjarsari
Karena Kepala Desa baru ada kegiatan maka sambutan dilakukan oleh Kepala Dusun Jumblangan, Banjarsari Samigaluh Bp. Nardi : dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyelenggarakan kegiatan ini di Banjarsari, memang setelah ada program Feati yang difokuskan pada peningkatan budidaya kakao, maka kegiatan budidaya kakao di Banjarsari menjadi semakin giata dilakukan, semoga dengan kegiatan-kegiatan ini akan menumbuhkan kesadaran dari masyarakat Banjarsari khususnya yang sudah memiliki tanaman kakao untuk dapat melakukan budidaya secara baik, sehingga tanaman kakao yang sekarang tidak terawat , kemudian akan terawat dan dapat memberikan hasil untuk peningkatan pendapatan petani, dari pemerintah desa akan mendukung dan membantu para petani untuk bidang kakao ini.

Sambutan PPL Samigaluh Bp. Bambang
Dari PPL Samigaluh mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini, sebagai media untuk bertemu dan terlibat dalam diskusi antara petugas dengan petani, acara-acara seperti ini merupakan media bagi petugas untuk menyampaikan beberapa informasi dari pemerintah/dinas tentang beberapa kegiatan di budidaya kakao, memang selama ini dari pihak PPL selalu membantu bagaimana agar kelompok bisa mendapatkan fasilitas dari Dinas tetapi memang kelompok-kelompok itu adalah kelompok yang secara aktif berkomunikasi dengan pihak PPL maupun Dinas, memang baru sebagian kecil karena sebagian kelompok kurang aktif melakukan komunikasi, semoga setelah ini aka nada kamunikasi dengan kami dan semoga fasilitasi dari Dinas akan lebih banyak.

Materi Kebijakan Peningkatan produksi dan mutu kakao Kulonprogo dari Disbun Kabupaten Kulonprogo yang diwakili oleh Bapak Sugito
Pada awal beliau memberikan gambaran situasi pengembangan kakao di Kulonproga saat ini yang masih memiliki peluang yang cukup luas bagi petani kakao untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakaonya, produksi kakao Kulonprogo saat ini masih 450 Kg/ Ha padahal minimal seharusnya 1,1 ton/Ha maka masih jauh sekali harapan itu bisa terealisasi, dalam pengembangan kakao Kulonprogo memang terkendala dengan pengembangan bibit kakao yang ditanam sejak tahun 1991-1992 atau sekitar 18 tahun yang lalu itu adalah dari jenis persilangan, hal ini berakibat ada yang dapat berbuah baik ada yang tidak berbuah sama sekali, akibat dari ini adalah produksi kakao yang tidak banyak dan keengganan petani untuk budidaya kakao karena ada kakao yang sama sekali yidak berbuah padahal sudah ditanam bertahun-tahun. Kendala lain adalah minimnya pengetahuan petani tentang budidaya kakao khususnya tentang pemeliharaan tanaman, dari berbagai permasalahan ini maka ada beberapa kebijakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang terumuskan dalam beberapa program sebagai berikut :

a. Intensifikasi dan peremajaan
Mengingat banyaknya tanaman kakao yang seharusnya sudah produksi tetapi ternyata tidak produktif, maka tanaman ini perlu diintensifkan dengan cara memelihara dan meremajakan tanaman dengan dua cara, dengan mengganti tanaman dengan tanaman baru, penggantian dengan tanaman baru ini harus benar-benar dari bibit yang berkualitas memiliki produktifitas tinggi dan memiliki umur panjang, atau dengan melakukan sambung samping dengan sambungan ( entres ) dari tanaman yang berkualitas . Di Kulonrpogo untuk peremajaan ada bantuan bibit dari Disbun untuk kelompok-kelompok tani, seluas 200 Ha per tahun anggaran, kebetulan untuk tahun 2011 sudah dilakukan, dipersilahkan kelompok mengajukan permohonan ke Disbun untuk tahun anggaran berikutnya, karena program ini untuk wilayah Kokap, Samigaluh, Girimulyo dan Kalibawang. Intensifikasi ini juga dengan mengatur kebun petani, karena rata-rata petani Kulonprogo menanami kebunnya dengan tanaman campuran ( Kakao, Cengkeh,Mahoni, Rambutan, Jati dan tanaman lain yang diambil daunnya untuk pakan ternak ) akibatnya perkembangan dari tanaman mereka tidak maksimal, khususnya tanaman kakao akan sangat terganggu dengan tanaman lain, maka perlu mulai memilih komoditi tanaman yang ditanam secara monokultur, salah satu keberhasilan kakao di luar Jawa karena mereka menanam kakao secara monokultur, memang ada tanaman sela dan penyangga, tetapi tidak sebanyak yang ditanam di wilyah Kulonprogo. Jika ingin tanaman kakao di Kulonprogo dapat berkembang dengan baik maka kita perlu mengintensifkan lahan kita untuk tanaman kakao.

b. Peningkatan SDM petani melalui Sekolah Lapang
Kurangnya pemeliharaan tanaman Kakao di Kulonprogo salah satunya disebabkan karena minimnya pemahaman dan pengetahuan petani terhadap pengelolaan Kakao, maka untuk meningkatkan pemahaman ini dilakukan dengan program peningkatan kapasitas petani terhadap pengelolaan kakao melalui sekolah lapang dengan materi budidaya kakao, PHT ( Pengamatan Hama Terpadu ) dan peningkatan produksi dan penanganan pasca produksi. Kegiatan ini dilakukan di kelompok-kelompok tani yang telah intensif membangun hubungan dengan Dinas dan memiliki potensi tanaman kakao, untuk sekarang ini dilakukan di Pagerharjo Samigaluh, melibatkan petani di sekitar Samigaluh.

c. Bantuan Sarana Prasarana bagi petani dan kelompok tani
Untuk membantu peningkatan produksi dan kualitas kakao bagi para petani, maka dari Disbun ada program bantuan sarana prasarana, untuk tahun 2011 dan 2012 bantuan itu berwujud bangunan UPH ( Unit Pengolahan Hasil ), Kotak Fermentasi, dan terpal untuk sarana penjemuran, serta alat timbang bagi unit pemasaran kakao. Untuk tahun 2011 sudah dijalankan tetapi untuk tahun 2012 kelompok masih memiliki kesempatan mendapatkan bantuan ini, dengan syarat ada kegiatan budidaya dan penjualan kakao di kelompok.

d. Pembentukan KUB ( Kelompok Usaha Bersama )
Komoditas kakao adalah komoditas yang memiliki potensi peningkatan pendapatan petani, karena harga kakao relatif stabil dan sangat dibutuhkan dipasaran dunia, namun karena sekarang ini petani masih melakukan penjualan melalui para tengkulak dan tidak terkordinir maka harga kakao di tingkat petani masih sangat rendah, untuk mengatasi hal ini maka Disbun mendorong petani untuk membentuk KUB ( Kelompok Usaha Bersama ) diharapkan dengan adanya KUB ini petani dapat terkordinir dalam memasarkan kakao dan melakukan standar kualitas sehingga kakao yang dijual akan memiliki harga yang baik, KUB ini juga berfungsi untuk mewakili petani dalam melakukan kerjasama penjualan kakao pada Perusahaan-perusahaan pemasaran kakao, karena dengan berkelompok maka petani dapat meningkatkan nilai tawar petani terhadap para pembeli kakao.


e. Bantuan penguatan modal
Bantuan penguatan modal ini diberikan kepada KUB-KUB yang melakukan pemasaran kakao di kelompok-kelompok, modal yang diberikan adalah untuk modal awal dalam melakukan jual beli kakao, karena KUB membutuhkan modal saat menghimpun kakao dari petani, pada tahun tahun kemarin jumlah dana untuk penguatan modal kelompok sebesar Rp. 10.000.000, per kelompok, namun karena dipandang bahwa KUB-KUB masih melakukan peragangan dengan modal kecil sehingga tidak efektif, maka sekarang tiap KUB hanya diberi penguatan modal sebesar Rp. 4.000.000 dengan modal ini KUB sudah bisa melakukan pembelian kakao dari petani. Tahun ini diberikan pada 28 KUB se Kabupaten Kulonprogo, untuk tahun depan kelompok bisa mengajukan permohonan ke Disbun.

f. Pola Kemitraan
Untuk meningkatkan kualitas dan produksi kakao di Kulonprogo maka Disbun melakukan pola kemitraan dan kerjasama dengan semua pihak, baik dari kalangan swasta yang melakukan jual beli kakao, juga dengan pihak lembaga non pemerintah ( NGO ) yang memiliki perhatian terhadap budidaya kakao di Kulonprogo, seperti saat ini Disbun melakukan kerjasama dengan Lesman untuk terlaksananya acara ini, dan dalam pemasaran serta budidaya kakao juga melakukan kerjasama dengan PT. Pagilaran yang selain melakukan jual beli kakao, pagilaran juga melakukan pembinaan pada kelompok tani dan petani dalam teknis budi daya dan pemasaran kakao.
Diskusi Tanya jawab
• Pertanyaan dari Pak Saimin, Klp. Ngudi Rejeki, Kepundung, Giripurwo, Girimulyo
Tetangga kami ada yang menanam pohon kakao sudah lama sekali tidak berbuah, apakah ini salah dalam pemilihan bibit dan bagaimana agar pohon ini dapat diperbaiki ?
Jawab :
Seperti disampaikan diawal tadi bahwa tanaman kakao yang ada di Kulonprogo ini masih dari jenis yang kurang baik, sehingga pasti ada tanaman yang tidak berbuah, maka dari itu ada program intensifikasi dan peremajaan, semua tanaman yang tidak berproduksi seharusnya di musnahkan, ada dua cara memusnahkan dengan disambung samping terlebih dahulu dengan entres yang baik, setelah sambung samping tumbuh baik kemudian pohon bisa ditebang, dan cara yang kedua adalah dengan mengganti dengan tanaman baru yang lebih berkualitas.Jika pohon yang sudah tidak berbuah selama 4-5 tahun seharusnya dimusnahkan, karena tidak lagi bermanfaat.
• Pertanyaan dari Pak Ponijan, Klp. Asmorogati, Jumblangan II, Banjarsari, Samigaluh
Kelompok kami sudah mengajukan sarana prasarana kakao dari Disbun, melalui Gapoktan Banjarsari, tetapi sampai saat ini kami belum perah mendapatkan fasilitas apa-apa, apakah kami diperkenankan langsung ke Disbun, tidak usah melalui Gapoktan ?
Jawab :
Memang dalam pengajuan proposal sebaiknya dari kelompok atau gabungan kelompok tani berkonsultasi dulu dengan pihak PPL kecamatan ( Samigaluh P. Muryanto ) dan kemudian baru masuk Disbun, Tetapi di Disbun tidak menutup kemungkinan jika kelompok mau langsung ke Disbun, hanya saja kami akan tetap mendengarkan pertimbangan dari BBP kecamatan, karena BPP kecamatan adalah pemangkuh wilayahnya, kelompok seharusnya juga dibiasakan untuk berkunjung ke BPP setempat, sehingga akan mendapat informasi tentang beberapa kegiatan yang sedang dan akan di jalankan Disbun.
• Pertanyaan Pak Gunadi Gapoktan Guyup Rukun Kebonharjo, Samigaluh
Di Kebonharjo tanaman kakao memang sudah cukup banyak, tetapi dari tanaman kakao ini masyarakat atau petani masih belum mengenyam manisnya kakao, ini karena masih banyak hama dan penyakit pada kakao seperti bajing dan penggerek batang dan buah sehingga buah menjadi kerdil dan tidak produktif, bagaimana mengatasi hal ini ?, kemudian dalam kelompok kami pernah mengajukan permohonan bibit kakao ke Disbun sejak tahun 2006, tetapi setelah beberapa waktu kami cek, katanya berkasnya hilang, bagaimana agar kami dapat bantuan bibit itu ?
Jawab :
Untuk pemeliharaan tanaman memang seharusnya petani belajar melalui Sekolah Lapang dan pelatihan pelatihan atau mengundang PPL di BBP kecamatan, karena mempelajari kakao tidak bisa instan tetapi butuh waktu dan kemauan, bisa setelah pertemuan ini ikut dalam SL di Banjarsari ini. Untuk hama bajing ( Tupai ) adalah dengan mengamankan pohon dengan pohon lain, ini pentingnya pemangkasan agar dahan tidak untuk jalan tupai dari pohon ke pohon, dan bisa juga dilakukan pengurangan dengan senapan. Untuk fasilitasi bibit dari Disbun mohon buat proposal lagi dan selalu ditanyakan ke Dinas, kalau tidak selalu ditanyakan ya….kemungkinan akan tidak terfasilitasi karena banyak kelompok yang juga mengajukan.
• Pak Nardi Gapoktan Banjarsari, Samigaluh
1. Rencana KUB-KUB yang ada di kelompok akan membentuk KUB di tingkat kecamatan, apakah Disbun bisa menfasilitasi ?
2. Untuk bantuan UPH ( Unit Pengolahan Hasil ) itu bagaimana, apa memang untuk tempat alat fermentasi atau untuk kantor, karena dilihat dari bangunannya masih membingungkan ?
3. Kami dalam melakukan penjualan sudah mengikuti saran dari PT. Pagilaran untuk melakukan fermentasi terlebih dahulu, tetapi mengapa PT, Pagilaran juga menampung dari pedagang yang tidak difermentasi dengan harga hanya selisih Rp.1.000,-, apa beda nya ?
4. Untuk bantuan korban Erupsi Merapi apa masih ada….karena Banjarsari juga terkena Dampak tetapi tidak mendapat bantuan ?
Jawaban :
1. Dinas akan mendorong dan membantu dalam menfasilitasi ide baik untuk membentuk KUB, karena dengan adanya KUB petani dan kelompok tani akan memiliki nilai tawar dengan para tengkulak,jangan tergantung dengan PT. Pagilaran.
2. Untuk UPH memang kelihatannya kurang memadai, tetapi kelompok bisa mengembangkan itu menjadi kantor dari KUB untuk melakukan transaksi dan sekretariat, untuk penampungan alat fermentasi bisa di luarnya, sedang untuk kakao yang sudah difermentasi bisa di dalamnya, tergantung kreatifitas kelompok masing-masing.
3. Kalau hal ini perlu ditanyakan ke PT. Pagilaran, tetapin penting KUB untuk tidak tergantung dengan PT.Pagilaran….masih banyak pembeli yang lain.
4. Program bantuan Erupsi Merapi yang disampaikan di Sidoharjo , Pagerharjo, dan Kalibawang sebenarnya program untuk Kabupaten Sleman, tetapi Kulonprogo mendapat bagian sedikit, maka dari itu dialokasikan pada daerah yang paling parah, untuk program sejenis kami tidak mengetahui masih apa tidak.

Rencana tindak lanjut ( Mulyono )
• Agar ada peningkatan produksi dan kualitas kakao, maka petani dan kelompok tani harus menjaga kualitas kakao, dengan belajar budidaya kakao dan penanganan pasca produksi, ini bisa dilakukan dengan mengikuti Sekolah Lapang dan pelatihan atau penyuluhan-penyuluhan, selain itu juga bisa dengan cara diskusi dengan petani yang sudah pengalaman dalam budidaya kakao.
• Melihat masih banyak kelompok-kelompok yang belum terfasilitasi atau terdampingi dalam masalah kakao, maka perlu petani dan kelompok tani hadir dalam Musbangdes di desanya masing-masing, dan berusaha memasukkan usulan-usulan pengembangan kakao agar menjadi prioritas pembangunan di desa, untuk diajukan pada tingkatan yang lebih tinggi, dengan menyuarakan kepentingan pengembangan kakao di forum-forum perencanaan pembangunan, maka pasti pengembangan kakao akan diperhatikan, dan kelompok akan mendapatkan fasilitas dan pendampingan dari pemerintah.
• Membentuk forum-forum yang membahas khusus tentang kakao, misalnya dengan membentuk forum KUB tingkat kecamatan akan semakin meningkatkan posisi tawar petani kakao terhadap pihak lain, forum-forum ini juga akan memudahkan dalam mengkordinir, membina, mendampingi, dan mengadvokasi petani kakao agar menjadi lebih maju.
8. Kesimpulan ( Raharjo & Hardono )
• Ada semangat petani dan kelompok tani untuk memajukan kakao sehingga menjadi komoditi andalan bagi peningkatan pendapatan petani, ini terbukti dengan terselenggaranya acara ini dan terselenggaranya Sekolah Lapang kakao di Samigaluh dan Girimulyo, ini adalah usulan langsung dari petani dan kelompok tani, meskipun kegiatan ini dilakukan bersama Lesman, tetapi inisiatif datang dari petani dan kelompok tani, semoga akan mendapat perhatian dari instansi terkait.
• Program dari Disbun memang sudah banyak yang dilakukan, akan tetapi masih juga ada beberapa kelompok tani yang belum bisa merasakan fasilitasi atau pendampingan ari Dinas, menjadi refleksi bersama apakah Dinas yang tidak tidak proaktif atau petani dan kelompok Tani yang tidak pro aktif.
• Sisi penting dari peningkatan produksi dan kualitas kakao di Kulonprogo adalah sisi pengorganisasian, karena jika kegiatan ini terorganisasi maka semua hambatan dalam pengembangan kakao akan dapat diselesaikan tentu dengan melibatkan berbagai pihak terkait, yang peduli dengan peningkatanProduksi dan kualitas kakao di Kulonprogo.
• Acara ini adalah awal dari langkah advokasi petani dalam pengembangan kakao, meski banyak kekurangan namun sudah mengarah pada upaya menggugah petani dan kelompok tani untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakao, serta menjalin komunikasi dengan Disbun Kulonprogo. ( HDN11)

Kegiatan Maret 2012

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM
kegiatan awal 1 Suro di Nglambur

OBROLAN

Waktu sekarang

pengunjung

Pages - Menu

woro-woro