Rabu, 30 Maret 2011

Perkembangan kelompok Nepi, Kranggan





Perkembangan Kelompok di pedukuhan Nepi, Krangan, Galur Kulonprogo
Menurut pak Narso ( Kepala Dukuh ) Ternak sapi telah dilakukan penjualan pada hari Korban beberapa waktu yang lalu, dari 5 ekor sapi program YCAP dijual 4 ekor, dan dibelikan lagi sapi 7 ekor, dan kembali digaduh 7 petani di Nepi, kalau dihitung-hitung dari 8 sapi tersebut bila dirupiahkan total Rp.34.200.000,-, ada sisa uang Rp.2.200.000, uang ini sudah digunakan untuk menambah membeli sound system Rp.360.000, dan membeli bola untuk anak-anak pedukuhan Rp. 150.000.
Sekarang pedukuhan sudah memiliki sound system yang bisa disewakan jika ada hajatan, harga sound system tersebuut Rp.1.360.000,- disubsidi oleh pihak pemerintah desa Kranggan Rp.1.000.000,- .
Ada kendala pada sapi yang harganya Rp.7.250.000, sapi ini sudah dikawin sontik 3 kali, tetapi belum berhasil, tetapi penggaduh optimis sapi ini akan cepat bunting.
Saat ini bila penggaduh ada masalah dengan kesehatan sapinya, mereka meminjam uang kelompok untuk mengobati sapinya, dan akan diperhitungkan jika sapi sudah dijual.
Untuk perkembangan SPP ( Simpan pinjam Perempuan ) berjalan lancer, tetapi tidak bisa dilihat berapa ompset sampai sekarang karena pengurusnya sedang tidak ada di tempat, sedangkan untuk kegiatan lele memang sangat sulit berkembang tetapi jika ada waktu akan dilihat perkembangannya, karena pengurusnya juga sedang tidak ada di tempat. ( HDN 11/Kunjungan lapang 29 Maret 2011 )

Rencana SL kakao



Rencana SL Kakao Kelompok Mentes Banjarsari
Dari pertemuan pada tanggal 27 Oktober 2010 yang diikuti 6 kelompok tani di Banjarsari ada kesamaan tentang permasalahan yang dihadapi, yaitu tentang Teknis Budidaya Kakao dan kelembagaan pemasaran yang masih menjadi kendala dalam pengembangan kakao di Banjarsari, pada waktu itu permasalahan ini akan dicari solusinya melalui SL kakao dan penguatan kelembagaan pemasaran kakao agar memiliki aturan main yang jelas sehingga petani kakao bisa menikmati hasilnya.
Karena banyaknya kegiatan FIATE di kelompok maka baru sekarang direncanakan untuk menindaklanjuti apa yang menjadi rencana tindak lanjut pertemuan 27 Oktober 2010, yaitu untuk melakukan SL kakao di Banjarsari, diharapkan bulan April nanti bisa dilakukan perencanaan SL , karena dari program FIATE sudah banyak dilakukan kegiatan di kakao maka dalam perencanaan ini menjadi penting untuk memilih materi SL agar tidak berbenturan dengan materi yang sudah dilakukan dalam program FIATE.
Dalam kegiatan mendatang juga akan melibatkan pihak PT. Pagilaran yang sekarang sudah melakukan kerjasama pembelian kakao di kelompok, juga dengan Disbun yang sudah membantu berbagai peralatan untuk proses fermentasi kakao. ( HDN 11/Kunjungan lapang 28 Maret 2011 )

Rencana diskusi kakao



Rencana Diskusi Kakao Dengan Disbun Kulonprogo

Potensi pengembangan kakao di Kulonprogo cukup menjanjikan, beberapa wilayah di pegunungan Menoreh sudah membudidayakan tanaman kakao, namun budidaya yang sudah dilakukan belum mencapai hasil yang maksimal, oleh karena itu beberapa gapoktan dan kelompok tani yang memiliki potensi budidaya kakao akan melakukan diskusi dan sharing dengan Disbun Kulonprogo sebagai langkah memaksimalkan budidaya kakao.Beberapa kelompok dan gapoktan yang menggagas ini adalah klp.Tani Mentes Banjarsari Samigaluh, Klp. Tani Patuh Kebonharjo Samigaluh, gapoktan Giripurwo, Gapoktan Pendoworejo, Girimulyo dan beberapa kelompok di Pagerharjo Samigaluh.
Saat ini pak Nardi sedang mengadakan lobi ke Disbun untuk mencari narasumber yang bisa memberikan gambaran bagaimana strategi dan perencanaan Disbun dalam pengembangan kakao di Kulonprogo. ( HDN 11/Kunjungan lapang 28 Maret 2011)

Sosialisasi Amdal Rencana Penambangan Pasir Besi Pesisir Selatan Kulonprogo



Sosialisasi Penyusunan Analisa Dampak Lingkungan Rencana Penambangan Pasir Besi di wilayah Pesisir Kulonprogo


Tanggal 28 Maret 2011 di Balai desa Pleret, kecamatan Panjatan, Kulonprogo dilakukan Sosialisasi Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) rencana penambangan pasir besi yang dilakukan oleh Pemda bersama PT.Jogja Magasa Iron ( JMI ), sosialisasi ini langsung dikritisi oleh anggota PPLP ( Paguyuban Petani Lahan Pantai ) , menurut Mas Supri meskipun cukup sulit memahami rancangan Amdal yang terdiri dari 3 buku yang tebal-tebal, tetapi kami bisa mengkritisi dari bagaimana sampel respoknden akan diambil dengan cara Rondom, meskipun random mengapa ada ketentuan tentang Perangkat dan masyarakat biasa yang diperhitungkan dengan persen, kemudian kami juga belum melihat seperti apa kuisioner yang akan disampaikan ke responden, sehingga kami tidak bisa megkritisi, namun sebelum ini dilakukan kami harus sudah melihat dan memahami isi dan bentuk kuisioner, jika tidak sesuia dengan pandangan kami, maka kami akan menolaknya.
Sebenarnya kami sudah mengajukan usul agar penyusunan analisa dampak lingkungan ini dapat ditinjau bersama dengan PPLP , kami akan menunjuk Praktisi yang menguasai tentang Amdal untuk mengkritisi ....tetapi usul kami ini ditolak.
Setelah sosialisasi bisa dilakukan di semua desa yang masuk kawasan rencana penambangan pasir besi, kami akan melakukan kordinasi dan evaluasi, agar pelaksanaan analisa sosial yang akan dilakukan bisa berjalan adil dan tanpa tekanan dari siapapun.
Melihat peta penambangan pasir memang tidak hanya lahan pertanian yang akan habis, tetapi lahan pemukiman juga masuk dalam 30 ha rencana penambangan pasir besi ini, ini sangat menggelisahkan bagi warga, karena mereka sekarang hidupnya sangat bergantung dari lahan pertanian di pesisir selatan ini. ( HDN 11/kunjungan lapang 29 Maret 2011)

Petani Lahan Pesisir




Beralihnya Sumur Renteng ke Sumur Pantek di Lahan Pertanian Pesisir Panjatan Kulonprogo

Petani di lahan pesisir Panjatan Kulonprogo kini tidak lagi menggunakan pengairan sistem ”Sumur Renteng”, sumur renteng adalah sumur yang dibuat berjajar di lahan pertanian, rata-rata dibuat dari bis

Begitulah pemandangan pada saat ini, dilahan pertanian di pesisir memang masih terdapat banyak sumur yang terbuat dari bis beton ( Sumur renteng ) tetapi rata-rata sudah tidak dipergunakan, karena pengairan hanya bertumpu pada 1 sumur pantek saja.

Selain dapat menghemat tenaga dan waktu, petani juga memanfaatkan kemajuan tehnologi yang dapat menunjang jegiatan pertanian, dengan adanya pompa diesel maka kini mereka tidak lagi capek-capek memilkul air, tinggal menghidupkan mesin mereka sudah bisa dengan mudah menyiram tanaman mereka.

Menururt cerita salah seorang petani mereka selalu menggunakan pupuk kandang yang terlebih dulu dicampur dengan stardek untuk mempercepat pembusukan, kemudian disebar di sekitar tanaman, mereka menyemprot tanaman dengan nutrisi untuk mempercepat tumbuhnya daun, yang banyak dikeluhkan adalah banyaknya hama Uret yang menyerang akar tanaman. Sayang sekali mereka menanam cabe keriting yang memakan biaya banyak untuk membeli nutrisi dan racun, seandainya mereka menanam cabe lokal maka mereka tidak banyak mengeluarkan dana untuk membeli nutrisi dan racun, mereka bisa menggunakan nutrisi dan pestisida alami, banyaknya uret bisa menjadi pertenda bahwa pengolahan kompos yang mereka lakukan tidak sempurna, mereka hanya mencampur dengan stardek tanpa mengolah dengan benar, jika pengolahan kompos dilakukan dengan ditutup mulsa, maka tidak akan banyak ditemui telur uret, karena pada masa pembuatan kompos, sering sudah dihinggapi kumbang untuk bertelur, hal ini memicu banyaknya uret. ( HDN 11/Kunjungan Lapang 29 Maret 2011)

Sabtu, 26 Maret 2011

Komunitas Cah Ndeso







Pertanian Organik
“Subur Nggabur”
“Subur Nggabur” demikian teman-teman yang tergabung dalam ” Komunitas Cah Ndeso ” di Desa Pagerharjo, kecamatan Samigaluh menamakan kebun sayur dan jamur yang mereka kelola secara organik murni, ditanya tentang apa arti dari “Subur Nggambur” mereka hanya ketawa, tetapi pasti mereka memiliki tujuan tertentu memakai nama tersebut yang mereka gali dari bahasa jawa lokal .
Tanggal 18 Maret 2011 kebun sayur ini dikunjungi oleh 2 siswa peserta magang dari BLP ( Bridging Leardership Program ) Aceh yang bekerjasama dengan YPB Bandung dan Lesman , Ulfa dan Eka sebagai peserta diantar oleh teman teman Lesman belajar mengelola kebun sayur dan jamur organic.
Di kebun seluas kira-kira 1 ha ini ditanam beberapa jenis sayuran seperti jesin, kacang panjang, kol, adas dll. Di situ juga ada kebun jamur kuping, dan beberapa tempat pengolahan pembibitan dan pengelolaan pupuk organic, sayur yang mereka tanam dijual pada masyarakat sekitar , “ Ini adalah upaya kami menyediakan bahan makanan sehat bagi masyarakat sekitar “ demikian ujar mas Yono, kordinator Cah Ndeso kepada teman-teman Aceh, saat diskusi di atas gubuk yang dibangun khusus untuk berdiskusi dan ngobrol tentang budidaya organic, didukung alam yang indah dengan latar belakang pemandangan pegunungan Menoreh, dan hawa sejuk memang cocok untuk berdiskusi berlama-lama.
Di kebun ini ada Mas Ndoko yang sangat fasih menjelaskan beberapa jenis yang ditanam di lahan ini, proses pembukaan lahan sampai pada penanganan hama dan penyakit, mas Ndoko sampai hafal sampai nama latinya, ini bukti mereka sangat serius mengelola kebun sayur organic ini, tentu teman-teman dari Aceh menjadi sangat jelas.
Kegiatan Komunitas ini tidak hanya di kebun sayur, tetapi masih banyak kegiatan lain seperti kegiatan budidaya lele, bengkel, Angkringan, pembibitan tanaman keras dan lembaga keuangan ( CU), misi mereka adalah bersama-sama mencari peluang dan mengoptimalkan potensi lokal untuk mendukung anak-anak muda ini agar dapat hidup di Desa, tidak mencari pekerjaaan di luar desa mereka.
Komunitas ini sudah berinteraksi dengan berbagai lembaga terutama dari SPTN HPS, dan Lesman, dengan Lesman baru saja di lakukan penjajakan kerjasama dalam mengembangkan berbagai potensi di Pagerharjo, khususnya tentang kakao dan kegiatan anak-anak yang akan membuka cucian motor, dari Lesman sudah ada mesin untuk cuci motor tinggal dijalankan, oleh mas Mada dan teman teman.
Pertama kali Lesman mengenal Komunitas ini memang ada keinginan agar Lesman ikut membantu mempublikasikan keberadaan Kebun sayur organic ini, agar bisa digunakan sebagai media belajar bagi siapa yang ingin belajar, selain anak-anak SD Pangudiluhur yang sekarang sudah belajar bersama dengan mereka.
Teman-teman Aceh cukup puas melihat kegiatan ini, mereka bisa mengabil pelajaran dari orang-orang muda Pagerharjo untuk bisa hidup di Rumah sendiri. ( HDN11 )

Belajar Anyaman Bambu



Belajar Anyaman Bambu di Nglambur
Tanggal 18 Maret 2011 Kelompok Tani di Dukuh Nglambur Sidoharjo, Samigaluh belajar menganyam berbagai bentuk anyaman bamboo, ada tempat tysu, tempat buah, tempat makanan dan lain-lain, kegiatan ini dilakukan dengan mendatangkan pelatih dari kelompok pengrajin di Sleman, yang di hubungkan oleh Mbak Prapti.
Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pencanangan Kampung Lestari di Nglambur tahun 2009 sebagai daerah pendukung pariwisata di Puncak Suroloyo, diharapkan dengan adanya ketrampilan menganyam bambu ini masyarakat Nglambur atau khususnya kelompok tani dapat menyediakan cindera mata dalam bentuk kerajinan anyaman bambu sehingga semakin beragam apa yang bisa disajikan oleh masyarakat Nglambur dalam menggali potensi dan menawarkan pada para pengunjung yang melalui Nglambur untuk ke Suroloyo.Kegiatan ini mendapat dukungan dari mahasiswa yang mengadakan KKN di Nglambur, Ibu Prapti, Teman-teman Lesman . ( HDN11 )

Kelompok Patuh Kebonharjo


Sejarah Kelompok Tani Patuh

Jarakan, Kebonharjo, Samigaluh

Kelompok Tani Patuh dalam sejarahnya berawal dari Kelompok pendengar Siaran Pertanian di Radio, karena saat itu Th.1979 belum banyak TV maka Radio masih menjadi media efektif dalam penyampaian informasi pertanian, kelompok ini secara rutin berkumpul untuk mendengarkan penyuluhan pertanian dan kemudian membahas dalam sebuah diskusi kelompok, beberapa informasi ada yang langsung dipraktekkan dalam kegiatan kelompok, pengetahuan merekapun selalu bertambah dalam mengelola pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

Dari awal sudah menggunakan nama PATUH yang maknanya dalam bahasa Jawa adalah ”Pamujiku Amrih Negari Kito Makmur Tentrem Tur Raharjo Ugere Sregep Makarti Hayuo ojo lali Ngamalake Pancasila” ( Harapan kita bersama agar Negara kita Makmur, tenteram dan Sejahtera maka kita harus berkarya dengan mengolah sumber daya alam yang ada dan tidak lupa mengamalkan Pancasila Dasar Negara Kita, karena semua tuntunan hidup sudah ada pada Pancasila ) ternyata itu adalah merupakan syair lagu Pocung , lagu Pocung dalam masyarakat Jawa biasanya berisi tentang nasihat-nasihat dan tuntunan hidup.

Era tahun 90 an kelompok ini diberi saran oleh Dinas Pertanian Kulonprogo untuk membentuk kelompok tani dengan merekrut anggota kelompok tani Teh ( Amor Margo Teh ) karena tahun-tahun itu produk Teh tidak lagi berkembang dan cenderung petani teh semakin berkurang, lalu masuklah petani dari Amor Margo Teh dalam kelompok Patuh . Setelah itu kelompok Patuh selalu mengikuti program-program dari Dinas pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

Dalam perkembangannya pada tahun 90 an ada muncul kelompok baru Ngudi Tentrem yang dirintis dari Dinas Peternakan, sebagai kelompok peternakan, karena di Kebonharjo memiliki potensi dalam peternakan kambing Etawa, tetapi dalam perjalannya kelompok ini anggotanya adalah petani yang masuk juga dalam kelompok Patuh, hal ini mengakibatkan kerancuan dalam keanggotaan kelompok yang sangat menyulitkan Dinas untuk melakukan pembinaan, terutama jika akan melakukan pembagian bantuan ternak atau bantuan saprodi , seharusnya keanggotaan tidak boleh merangkap. Ironisnya masih banyak petani yang tidak masuk dalam ke dua Kelompok Tani tersebut sehingga dalam setiap pembagian saprodi atau ternak tidak dapat mendapat bagian, kondisi ini menimbulkan kecemburuan sosial terutama di tahun 2010 dimana ada kelangkaan pupuk Urea sampai Dinas harus menjualnya melalui kelompok tani, ini berarti yang mendapat pupuk hanya mereka yang masuk memjadi anggota kelompok tani.

Untuk mengatasi permasalahan ini maka kemudian diadakan Musyawarah Tani tingkat Pedukuhan yang difasilitasi oleh Lesman ( 4 Mei 2010 ) untuk melakukan reorganisasi dan refitalisasi kelompok tani di Pedukuhan Jarakan, hasilnya kelompok Tani di Jarakan hanya ada 2 kelompok yaitu kelompok Patuh dan Ngudi Tentrem , dan semua petani di Jarakan masuk dalam 2 kelompok tersebut tanpa terkecuali, warga RT 4 dan 5 menjadi anggota kelompok tani Patuh dan RT 6 menjadi anggota kelompok tani Ngudi Tentrem.

Sampai dengan saat ini kelompok tani Patuh beranggotakan 41 orang petani dan sudah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan yang sudah dilakukan

  1. SLPTT Th. 2009 sudah 2 kali
  2. Pelatihan Pengorganisasian Dan Advokasi yang diadakan Lesman tahun 2010
  3. SL Tanaman Terpadu, 2009, dan dibantu kambing kancangan ( kakao dan ternak )
  4. Pelatihan Advokasi berperspektif Feminimisme yang diadakan Lesman tahun 2010
  5. Pelatihan Peternakan Kambing PE Tahun 2010
  6. Kerajinan anyaman Tas untuk ibu-ibu (HDN11)

Kelompok Tani Patuh

Sejarah Kelompok Tani Patuh

Jarakan, Kebonharjo, Samigaluh

Kelompok Tani Patuh dalam sejarahnya berawal dari Kelompok pendengar Siaran Pertanian di Radio, karena saat itu Th.1979 belum banyak TV maka Radio masih menjadi media efektif dalam penyampaian informasi pertanian, kelompok ini secara rutin berkumpul untuk mendengarkan penyuluhan pertanian dan kemudian membahas dalam sebuah diskusi kelompok, beberapa informasi ada yang langsung dipraktekkan dalam kegiatan kelompok, pengetahuan merekapun selalu bertambah dalam mengelola pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

Dari awal sudah menggunakan nama PATUH yang maknanya dalam bahasa Jawa adalah ”Pamujiku Amrih Negari Kito Makmur Tentrem Tur Raharjo Ugere Sregep Makarti Hayuo ojo lali Ngamalake Pancasila” ( Harapan kita bersama agar Negara kita Makmur, tenteram dan Sejahtera maka kita harus berkarya dengan mengolah sumber daya alam yang ada dan tidak lupa mengamalkan Pancasila Dasar Negara Kita, karena semua tuntunan hidup sudah ada pada Pancasila ) ternyata itu adalah merupakan syair lagu Pocung , lagu Pocung dalam masyarakat Jawa biasanya berisi tentang nasihat-nasihat dan tuntunan hidup.

Era tahun 90 an kelompok ini diberi saran oleh Dinas Pertanian Kulonprogo untuk membentuk kelompok tani dengan merekrut anggota kelompok tani Teh ( Amor Margo Teh ) karena tahun-tahun itu produk Teh tidak lagi berkembang dan cenderung petani teh semakin berkurang, lalu masuklah petani dari Amor Margo Teh dalam kelompok Patuh . Setelah itu kelompok Patuh selalu mengikuti program-program dari Dinas pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

Dalam perkembangannya pada tahun 90 an ada muncul kelompok baru Ngudi Tentrem yang dirintis dari Dinas Peternakan, sebagai kelompok peternakan, karena di Kebonharjo memiliki potensi dalam peternakan kambing Etawa, tetapi dalam perjalannya kelompok ini anggotanya adalah petani yang masuk juga dalam kelompok Patuh, hal ini mengakibatkan kerancuan dalam keanggotaan kelompok yang sangat menyulitkan Dinas untuk melakukan pembinaan, terutama jika akan melakukan pembagian bantuan ternak atau bantuan saprodi , seharusnya keanggotaan tidak boleh merangkap. Ironisnya masih banyak petani yang tidak masuk dalam ke dua Kelompok Tani tersebut sehingga dalam setiap pembagian saprodi atau ternak tidak dapat mendapat bagian, kondisi ini menimbulkan kecemburuan sosial terutama di tahun 2010 dimana ada kelangkaan pupuk Urea sampai Dinas harus menjualnya melalui kelompok tani, ini berarti yang mendapat pupuk hanya mereka yang masuk memjadi anggota kelompok tani.

Untuk mengatasi permasalahan ini maka kemudian diadakan Musyawarah Tani tingkat Pedukuhan yang difasilitasi oleh Lesman ( 4 Mei 2010 ) untuk melakukan reorganisasi dan refitalisasi kelompok tani di Pedukuhan Jarakan, hasilnya kelompok Tani di Jarakan hanya ada 2 kelompok yaitu kelompok Patuh dan Ngudi Tentrem , dan semua petani di Jarakan masuk dalam 2 kelompok tersebut tanpa terkecuali, warga RT 4 dan 5 menjadi anggota kelompok tani Patuh dan RT 6 menjadi anggota kelompok tani Ngudi Tentrem.

Sampai dengan saat ini kelompok tani Patuh beranggotakan 41 orang petani dan sudah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Kegiatan yang sudah dilakukan

  1. SLPTT Th. 2009 sudah 2 kali
  2. Pelatihan Pengorganisasian Dan Advokasi yang diadakan Lesman tahun 2010
  3. SL Tanaman Terpadu, 2009, dan dibantu kambing kancangan ( kakao dan ternak )
  4. Pelatihan Advokasi berperspektif Feminimisme yang diadakan Lesman tahun 2010
  5. Pelatihan Peternakan Kambing PE Tahun 2010
  6. Kerajinan anyaman Tas untuk ibu-ibu (HDN11)

Pembibitan Tanaman Keras



Kebun Bibit Raktyat (KBR)
Kelompok Tani Lestari Pringapus, Giripurwo, Girimulyo, Kulonprogo


Mulai Bulan September 2010 Kelompok Tani Lestari Pringapus telah melakukan program pembibitan tanaman keras, kegiatan ini dilakukan bersama Dinas Kehutanan setempat . Pembibitan ini menyewa lahan salah satu petani dengan luasan kurang lebih 1 Ha., jumlah pembibitan sebanyak 60.000 polibek dengan 3 jenis tanaman ( Jabon ( Jati Ambon) 10.000 batang, Sengon 40.000 batang, dan Jati KBK dan TBS 10.000 batang ) kegiatan ini melibatkan semua anggota kelompok, namun sebenarnya ada sekitar 12 orang yang memang bertanggung jawab terhadap pembibitan ini, mereka mendapat upah dari program ini Rp. 20.000/hari/orang selama 4 bulan, pemilihan mereka yang masuk menjadi pengelola pembibitan didasarkan pada petani yang dianggap kurang mampu, sehingga diharapkan dengan adanya program ini petani tersebut bisa menambah pendapatan dengan mengelola pembibitan ini.
Selama 4 bulan 12 orang dan anggota lain bergotong royong melakukan pembibitan, mulai dari persiapan lahan, persisapan tanah dan pupuk, persiapan peralatan, kemudian mengisi polibek dengan tanah dan memasukkan benih ke dalam polibek dilakukan di lahan persemaian, polibek ditata secara rapi menurut jenis tanaman dalam petakan-petakan lahan, karena lahan merupakan lahan terasiring yang hanya memiliki lebar 1 meter, maka setelah tanaman berumur 3 bulan petakan-petakan itu nampak menghijau dan indah dilihat, setiap pagi dan sore mereka menyiram tanaman dengan bantuan pompa listrik dan menggunakan “Gembor” ( alat menyiram air ), sangat mudah mereka mencari air, karena lahan terletak dibawah aliran irigasi yang melimpah airnya.
Pelajaran menarik dapat ditarik dari proses ini, disatu sisi ada proses pembelajaran tentang proses pembibitan tanaman keras sebagai pendukung “ Penghijauan “ mengingat di Pringapus merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan jenis tanah yang mudah longsor, oleh karena itu penghijauan adalah wajib dilakukan masyarakat Pringapus, kemudian disisi lain ada proses pemberdayaan kelompok dengan melibatkan semua anggota kelompok, sehingga kelompok memiliki kemampuan melakukan pembibitan dan jika kemampuan ini bisa dikembangkan maka kelompok memiliki peluang usaha, yaitu “Usaha Pembibitan” kami yakin bila usaha ini dilakukan maka pasti akan membawa kesejahteraan bagi anggota kelompok.
Diakhir program kelompok memiliki hak untuk mendapatkan sekitar 10.000 bibit, karena yang 50.000 dibagikan pada kelompok-kelompok Tani lain di sekitar Giripurwo, kelompok juga mendapat fasilitas peralatan pembibitan seperti harnet, pompa air dan selang, peralatan ini dapat dijadikan modal jika kelompok akan melakukan kegiatan ini secara mandiri. “ Kami tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pembibitan ini, hambatan yang kami alami hanya karena ada jenis tanaman baru ( Jabon ) yang sulit tumbuh sehingga kami harus membeli benih dalam bentuk saus karena pembenihan yang kami lakukan tidak bisa tumbuh “ demikian disampaikan Pak Sardi ( Ketua Kelompok Lestari ) ditanya tentang hambatan yang dialami dalam proses pembibitan ini, sedangkan untuk proses selanjutnya pak Sardi menyampaikan “ Jika ada yang mendukung pendanaan kami akan melakukan pembenihan lagi, karena ada modal yang harus diusahakan untuk membeli bahan, dan sewa lahan, sedangkan upah tenaga kerja bisa diberikan setelah bibit ini laku., ya…..semoga cita-cita Pak Sardi dan kelompok Lestari dapat tercapai, karena kegiatan ini sangat mulia dilakukan untuk mendukung penghijauan dan pemberdayaan kelompok. ( HDN/10 )

Temu Perempuan Tani Kebonharjo Samigaluh



TEMU PEREMPUAN TANI

KEBONHARJO, SAMIGALUH, KULONPROGO

Kulonprogo, 17 Pebruari 2011

Berawal dari Pelatihan ”Advokasi Berperspektif Gender” yang diadakan Lesman pada Desember 2010 , Ibu Sri Kasmini kemudian merancang kegiatan di Desanya, apa yang telah didapat pada pelatihan itu terlebih dahulu disampaikan dalam pertemuan Kelompok Tani Patuh yang biasa ia ikuti setiap tanggal 1 setiap bulannya.

Pemahaman tentang Gender menjadi bahasan yang dirasa perlu untuk diperdalam, karena memang dalam kenyataan pemahaman Gender hanya berhenti pada pengertian ”Paran serta Perempuan dalam pembangunan ” pemahaman ini kadang malah membebani perempuan untuk melibatkan diri dalam pembangunan.

Lalu disepakati dalam pertemuan itu untuk melakukan kegiatan menambah pengetahuan tentang Gender tidak hanya untuk perempuan ani, tetapi juga untuk semua anggota kelompok.

Setelah berdiskusi dengan pendamping Lesman, gagasan ibu Sri Kasmini terwujud dengan dukungan Lesman, kegiatan ini dipadukan dengan kegiatan ”Membuat Mie Basah” hal ini dimaksudkan agar menambah ketrampilan ibu-ibu Perempuan Tani, juga agar acara ini menjadi menarik perhatian dan tidak membosankan.

Acara ini terlaksana pada tanggal 17 Pebruari 2011 dengan judul ”Gender Untuk Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga “ materi ini disampaikan oleh Theresia Eko Setyowati, pendamping Lesman wilayah Kulonprogo, dan untuk pembuatan Mie Basah dipandu oleh ibu Surtini dari Kelompok Tani Wijimulyo, Nanggulan, Kulonprogo.


Acara ini mendapat perhatian yang cukup baik dari anggota kelompok-kelompok Tani di Kebonharjo, awalnya kegiatan ini hanya mengundang 40 orang namun dalam daftar hadir tercatat kurang lebih 55 orang hadir dalam kegiatan ini, mereka mengikuti dari awal sampai akhir dan terlibat aktif mengikuti diskusi tentang gender dan praktek membuat Mie basah..

Menurut Mbak Theresia Eko Setyowati ada 3 kunci keberhasilan perempuan dalam mengupayakan agar kesetaraan dapat terwujud, yaitu apabila perempuan memiliki kemauan dalam :

  • Berorganisasi : mau mengikuti kegiatan sosial dalam kehidupan masyarakat dimana berada ( organisasi di kampung – desa, organisasi sosial, organisasi keagamaan, organisasi profesi dll) dengan mengikuti organisasi maka akan banyak menjalin komunikasi dengan banyak kalangan, sehingga akan memiliki jaringan yang luas, dan menambah wawasan.
  • Belajar : selalu mau menimba ilmu dengan berbagai cara, belajar tidak harus menerima pembelajaran dari sekolah Formal, dari kegiatan berorganisasi maka pengetahuan akan berkembang, karena kita bisa belajar dari pengalaman orang lain.
  • Bekerja : melakukan aktifitas yang menghasilkan karya, apapun karyanya, dan bermanfaat untuk kehidupannya ( keluarga, masyarakat dan negara), dari bekerja maka ada kemungkinan perempuan akan memiliki pendapatan, dari pendapatan mereka akan memiliki kemandirian sehingga tidak tergantung dengan yang lain.

Dengan demikian harapan dari kita memahami apa arti Gender adalah agar perempuan memiliki pengetahuan dan ketrampilan, dari pengetahuan dan ketrampilan ini maka perempuan dapat memperoleh kesempatan untuk bekerja sebagai langkah meningkatkan ekonomi rumah tangga, dan kesejahteraan keluargapun akan tercapai.

Begitulah acara temu perempuan tani di Kebonharjo dan dari peoses ini peserta memiliki rencana tindak lanjut :

  • Meneruskan kegiatan pembuatan Mie Basah di kelompok, karena sudah ada alat dan dana untuk membeli bahan, kemudian dicoba untuk bisa memasarkan mie tersebut di sekitar Kebonharjo, menjadi usaha kelompok.
  • Melakukan kerjasama dengan kelompok tani Nanggulan untuk kerjasama pemasaran Mie yang telah dibuat.
  • Akan melakukan kegiatan lanjutan pemahaman Gender dengan pokok bahasan ditentukan lebih lanjut.
  • Akan melakukan kegiatan penambahan ketrampilan dengan jenis ketrampilan ditentukan lebih lanjut. ( HDN11)

Kirab Gunungan 1 Suro di Nglambur Sidoharjo, Samigaluh


KIRAB GUNUNGAN ”KAMPUNG LESTARI” MENYAMBUT 1 SURO ( 1 Muharram 1432 H ) Dk. Nglambur, Ds. Sidoharjo, Kec. Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo 6 dan 7 Desember 2010.


Tanggal 17 dan 18 Desember 2009 adalah awal dimulainnya ”Kirab Gunungan Kampung Lestari ” di Nglambur, ditandai dengan Lounching Kampung Lestari dan Sidoharjo Exspo 2009, di tahun ini ( 2010) kegiatan ini juga dilakukan meski dalam suasana alam yang sedang tidak menguntungkan, Erupsi Gunung Merapi sejak bulan Oktober 2010 mengakibatkan hujan debu dan pasir vulkanik sampai ke wilayah Sidoharjo dan sekitarnya , hal ini berdampak pada hancurnya beberapa tanaman pertanian seperti tanaman salak pondoh dan kelapa yang menjadi andalan petani rusak tidak bisa di panen, ” Kerugian yang dihitung pihak pemerintah desa mencapai 2,5 Milyar ” demikian disampaikan Kepala Desa Sidoharjo ( Bapak Budi Hutomo Putro ) dalam acara persiapan Kirab di Rumah Kepala Dukuh Nglambur tanggal 30 Nopember 2010.Dengan kondisi ini maka rangkaian Kirab dilakukan dengan sederhana namun tidak menghilangkan makna dari acara kirab ini.

Rangkaian acara ini di dahului dengan bersih-bersih desa ” Tetel Rumput” di lapangan Nglambur oleh ibu-ibu PKK, bersih-bersih dan tabur bunga di makam para leluhur, persiapan konsumsi yang dibagi tiap-tiap RT, pembuatan panggung dan stan pameran, sampai dengan persiapan membuat Nasi Tumpeng gunungan, semua dilakukan bersama oleh masyarakat Nglambur di bantu dukuh-dukuh lain di desa Sidoharjo. Malam tanggal 6 Desember 2010 pukul 23.00 – 01.00 Wib.dilakukan Tirakatan malam 1 Suro dengan acara Mujadahan, dan Sholawatan, acara menjadi mundur karena hujan yang sangat lebat .

Puncak acara adalah Kirab Gunungan ”Kampung Lestari” tanggal 7 Desember 2010 dimulai pukul 09.00 start dari Gapura masuk Kampung Lestari, Gunungan kali ini nampak lebih gagah dan tinggi , berisi tumpeng dan sayuran hasil bumi dari Nglambur , Gunungan di bawa empat prajurit, dikawal empat prajurit pembawa tombak ” Kiyai Slamet ” diiringi bidadari-bidadari cantik berpakaian jawa, di belakangnya parade Marcing Band MTsN Sidoharjo, yang menarik pada Kirab kali ini adalah keterlibatan anak-anak Lesman masuk dalam jajaran pengiring Kirab, Mas Eko Budidarmanto dan Mas Budi membawa pusaka Tombak Kiyai Slamet , Mbak Theresia Ekosetyowati dan Hardono menjadi pengiring di belakangnya. Kirab berjalan membelah Kampung Lestari berjalan menurun kemudian naik sampai di lapangan Nglambur, gunungan diserahkan kepada Kepala Desa Sidoharjo, dilanjutkan pemotongan tumpeng gunungan oleh Kepala Desa di serahkan kepada Bapak Wakil Bupati Kulonprogo Mulyono. Kirab Gunungan sebagai wujud ucapan syukur Warga Nglambur dan Desa Sidoharjo berakhir dengan diperebutkannya gunungan oleh masyarakat yang hadir di lapangan Nglambur.

Dalam sambutannya Wakil Bupati mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Nglambur Khususnya dan masyarakat Sidoharjo pada umumnya yang telah melakukan pelestarian budaya jawa yang menjadi ciri Khas Masyarakat Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan peninjauan stan pameran di Sidoharjo Exspo 2010 , mulai dari Stan Bunga Krisan, Stan Kayu Andra, Stan Dian Desa dengan tungkunya, Stan MTsN dengan pertanian Organiknya, Stan KKP dengan konsultasi pertaniannya sampai pada stan dari Kelompok Tani dan Gapoktan yang memamerkan Potensi Sumber daya alam di Sidoharjo yang akan diberdayakan sehingga mendorong Nglambur menjadi daerah ”Eco Wisata” penyangga wisata Ritual Suroloyo, meski stan kali ini tidak semeriah tahun kemarin, namun ditengah ketidakpastian alam saat ini, kita masih tetap harus bersyukur acara Sidoharjo Exspo 2010 tetap bisa berjalan dengan baik.

Pencanangan Kampung Lestari sejak tahun lalu juga sudah mendapat respon dari berbagai pihak, ada beberapa kegiatan yang mendukung perwujudan Kampung Lestari, misalnya adanya Bunga Krisan, Kandang kelompok, Jalan Tembus yang didukung oleh Pemda, juga program pertanian alami dan Tungku dari Lesman dan Dian Desa, demikian juga dukungan dari teman teman mahasiswa dan lembaga penelitian UGM yang senantiasa mendampingi kegiatan masyarakat Nglambur dan Sidoharjo.

Acara Kirab Kampung Lestari meski baru berjalan 2 tahun ini, tetapi sudah membangkitkan semangat bagi warga sekitar Nglambur, bahkan orang-orang Nglambur yang ada di perantauan juga sudah hadir, seperti pak Widodo yang merantau di Bangka Belitung memang mengkhususkan untuk pulang menghadiri acara ini, demikian juga nampak di rumah-rumah penduduk banyak tamu, saudara-saudara dari wilayah Sidoharjo dan Magelang, semoga ini menjadi awal baik untuk semakin mengenalkan Nglambur dalam Iven Satu Suro di Nglambur.....tidak hanya di Suroloyo saja.

Acara ditutup dengan sajian Marcing Band MTsN Sidoharjo dan kesenian Jatilan, sampai akhir pertunjukan Jatilan warga Nglambur dan sekitarnya masih tetap bertahan menikmati sajian hiburan ini. ( HDN 10 )

SL Kelompok Tani Lestari Giripurwo Kuonprogo












Catatan penting
Perencanaan SL
Pringapus, Giripurwo, Girimulyo, Kulionprogo
Kamis 17 Maret 2010

Dalam pertemuan diputuskan :
  1. Semua yang hadir menyepakati bahwa SL masih dibutuhkan meskipun barusaja mendapat program SLPTT dari Dinas, dan semua sanggup untuk mengikuti SL yang akan dilaksanakan, ada 18 orang yang sanggup mengikuti terdiri dari 5 perempuan dan 13 laki-laki.
  2. Pihak Dinas akandberitahu setelah kegiatan berjalan dan diminta untuk memberikan materi SL.
  3. Nama-nama peserta
( Seneng, Mujidi, Eko S, Sukamto, Tugiyo, Bagiyo, Dwiyanto, Sono, Parijo, Sardi, Sartinem, Suwandi, Sudiyem, Salmi, Sarimin, Tugimin, Simin, Satiran )
    • Ketua akan mengkomunikasikan pada ketua Gapoktan Giripurwo dan ada kemungkinan akan ada peserta tambahan dari kelompok lain.
  1. Lahan percobaan milik pak Sardi dengan luas 100 M persegi
  2. Jenis padi yang akan di tanam Mentik Susu
  3. Kebutuhan benih 5 Kg, akan diberikan hari senin 23 Maret 2010 dari Boyolali. Bagi yang berminat menanam mentik akan dipinjami benih.
  4. Materi SL
    • Pemahaman Pertanian Organik
    • Ekologi tanah
    • Pengeloaan hama dan penyakit
    • Pembenihan
    • Pengembangan Pupuk Alami dan Pestisisda Alami
    • Penanganan pasca panen
    • Koleksi hama dan Musuh Alami
    • Morfologi budidaya
  5. Mulai kegiatan
    • Tanggal 23 Maret 2010 membuatan pupuk alami, dipandu oleh Bp. Mujidi dan Bagio
Pembagian Tugas pembuatan pupuk :
1. Pupuk Kandang 2 Ton, dipenuhi dari anggota dengan mengumpulkan 1 bagor 1 peserta, yang tidak memiliki kotoran hewan bisa mengumpulkan dedaunan.
2. Ragi Tape – Sudiyem
3. Katul – Pak Sardi
4. Sekam – Pak Sardi
5. Gamping – Sukamto
6. Grajen – Dwiyanto
7. Proses pembauatan akan dipadu oleh Bapak ujidi dan Bagiyo.

    • Tanggal 31 Maret 2010 menebar benih ( Ngurit ) Oleh Pak Sardi
    • Tanggal 5 Mei 2010 pertemuan I
    • Tanggal 19 Mei 2010 Pertemuan ke II Tanam ( dengan Umur 20 Hst ) di ketuai oleh Pak Parijo, dengan anggota penanam Sumartini, Salmi, Sartikem, Sartinem, Sudiyem, Sawi . dilakukan mulai jam 08.00 wib.
    • Tanggal 26 Mei 2010 pertemuan II
    • Tanggal 2 Juni 2010 Pertemuan ke III, Kemudian pertemuan selanjutnya akan ditentukan dalam pertemuan berikutnya direncaakan akan ada 12 kali pertemuan.
  1. Pemandu akan dicarikandari kader petani yang sudah berpengalaman ( Pak. Joko Purnomo dari Wijimulyo Nanggulan )
  2. Tempat pertemuan setelah pengamatan dari lahan di Rumah bapak Seneng
  3. Konsumsi dibantu Lesman.

Kegiatan Maret 2012

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM
kegiatan awal 1 Suro di Nglambur

OBROLAN

Waktu sekarang

pengunjung

Pages - Menu

woro-woro