Study Banding Forum Petani Kakao Kulonprogo dan Gunungkidul
ke Pusat Penelitian kopi dan kakao Indonesia di Jember Jawa Timur
18- 20 Nopember 2012
Pada
umumnya sebagian besar petani kakao
kurang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam teknis budidaya dan pasca
panen kakao, sehingga dalam pengelolaan kakao yang dimilikinya tidak bisa menerapkan cara-cara pengelolaan yang
baik ( Good
Agriculture Practices ) , hal ini sebenarnya tidak hanya masalah teknis,
tetapi juga terkait dengan masalah sosial-ekonomi yang belum menempatkan kakao
sebagai komoditas utama untuk menopang ekonomi rumah tangga. Penempatan kakao
yang hanya sebagai tanaman sela atau tanaman pelangkap lahan pekarangan saja
juga menjadi penyebab tidak optimalnya petani dalam mengelola tanaman kakao.
Kakao yang sebenarnya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi ketika dikelola
dengan benar (mulai dari proses budidaya sampai pasca panen) saat ini tidak
memberikan peningkatan ekonomi petani secara signifikan.
Masalah
keterbatasan sumber daya manusia ini juga terjadi di Kabupaten Gunung Kidul dan
Kulon Progo DI Yogyakarta, masalah ini menjadi hambatan dalam peningkatan produksi
dan mutu kakao, padahal di dua Kabupaten ini memiliki potensi besar untuk
komuditas kakao,di Gunung Kidul ada potensi lahan 3.500 Ha, di Kulon Progo ada
potensi 3.398,53 Ha.dengan demikian
keterbatasan pengetahuan dan kesadaran petani dalam menerapkan standar budi
daya tanaman kakao perlu mendapat perhatian.
Pemberian
pelatihan dan penyuluhan merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh dalam
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (petani) yang pada akhirnya dapat
meningkatkan produktifitas dan kualitas tanaman
kakao sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Melihat
persoalan di atas kami (
LESMAN ) Sebagai Lembaga Pendamping Petani Kakao sudah berupaya
meningkatkan kapasitas SDM petani kakao
melalui penyuluhan-penyuluhan dalam pertemuan kelompok , sekolah lapang teknis
budidaya kakao, sekolah lapang Penanganan pasca panen , pelatihan QMS (
Quality managemen sistem), pelatihan ICS ( Internal Control Sistem)
dan mengorganisir terbentuknya “Operator
ICS” dan “Organisasi Pemasaran Bersama”
sebagai langkah agar pendampingan petani kakao dapat berjalan secara
konperhenship dan berkesinambungan.
Kali ini kami mengajak perwakilan Petani kakao dari
kedua wilayah ini untuk menambah kemampuan dan ketrampilan tentang teknis
budidaya, pengelolaan kakao ke Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di
Jember, Harapan kami dengan belajar pada pakarnya Petani akan mendapat
pengetahuan ilmu dan ketrampilan yang lebih baik
Di Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Jember, peserta disambut hangat oleh ibu Tuti sebagai tuan rumah,
ada acara sarasehan belajar teory
budidaya kakao dengan narasumber Bapak Nurcolis , paparan dilakukan secara
cepat karena rata-rata peserta sudah banyak yang memahami, para peserta hanya
bertanya untuk lebih meyakinkan terhadap pengeahuan yang sudah dimiliki,
kemudian peserta diajak keliling di kebun kopi dan kakao, melihat jenis kakao
SE yang menjadi produk unggulan dari ICCRI Jember, semua kagum dengan tanaman
yang baru berusia 1 tahun tetapi sudah bisa berbuah, kemudian peserta diajak
mempelajari naungan atau pohon sela yang baik, yaitu lamtoro, yang daunnya bisa
digunakan untuk pakan ternak, maka dari itu peserta juga diajak untuk melihat
integrasi kakao kopi dengan ternak
kambing, ditengah kebun kopi dan kakao ada kandang kambing, sangat baik jika
diterapkan pola ini di Gunungkidul atau Kulonprogo.
Add caption |
Setelah puas di kebun
dan kandang, peserte diajak ke unit pengolahan kopi dan kakao, terdapat banyak
alat diantaranya alat pengupas, penyaring, pengering, fermentasi, sampai pada
pengolahan limbah, ada biogas dan mesin pengubah biogas menjadi tnaga listrik,
karena peralatanya terlalu canggih maka para peserta tidak begitu tertarik,
mungkin saja karena tidak mungkin untuk membelinya.
Dari tempat pengolahan
peserta dipersilakan masuk ke ruangan pengolah kakao menjadi makanan siap saji,
coklat, minuman, permen, kue dll, di sini juga sangat banyak mesin pengolah
yang dipandang canggih oleh para peserta. Setelah selesai kemudian dipersilakan
masuk ke Toko yang menjual aneka makanan dengan bahan dasar kakao produk Jember,
ada yang kemudian memborong namun ada juga yang hanya melihat-lihat, karena
setelah menjadi makanan ternyata kakao menjadi mahal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar