Selasa, 11 Oktober 2011

Kabar Tompak



Tompak, Senin 10 Oktober 2011
Peringatan Hari Pangan Sedunia di Kulonprogo akan diperingati dengan sederhana namun memiliki makna yang mendalam tentang “Pangan” demikian awal sambutan Mas Raharjo pada rapat pertama pembentukan panitia HPS di Kulonprogo, acara ini diprakarsai oleh mas Raharjo dan Mbak Prapti sebagai CO Wilayah Kulonprgo. Hadir dalam pertemuan ini adalah perwakilan dari kontak person di 4 kecamatan, Kalibawang, Samigaluh, Kokap dan Girimulyo, ada keinginan bahwa hari Pangan ini dapat digunakan sebagai moment bagi kebangkitan petani kakao di Klonprogo, maka dari itu acara ini dipusatkan di simpul-simpul potensi kakao di Kulonprogo, bila kita kaitkan dengan pangan maka semoga dengan keberadaan kakao ini dapat menunjang peningkatan pendapatan para petani , maka para petani menjadi punya daya beli terhadap pangan, dan ketahanan pangan akan tercapai di masyarakat.
“ Saya berharap jika memang HPS mau diperingati bersama, maka harus ada tindak lanjutnya, tidak hanya sekedar peringatan sesaat dan tidak ada makna bagi kami “ demikian disampaikan Pak Tri dari Kokap, yang kemudian mendapat sambutan hangat dari yang hadir, apa yang disampaikan Pak Tri memeang benar, biasanya acara HPS hanya sekedar seminar membahas materi yang bagi petani tidak begitu dipahami, dan kemudian setelah acara selesai tidak ada perubahan apa-apa, maka dari itu keinginan dari pengagas acara ini yang mengkaitkan dengan pengembangan kakao di Kulonprogo akan merupakan tindak lanjut yang baik bagi peningkatan pendapatan petani menuju ketahanan pangan.
Akan ada 3 acara penting di peringatan ini yaitu, Sarasehan, Pameran Pangan lokal, dan Kesenian, semua akan dirangkai dalam satu hari tanggal 27 Oktober 2011, tidak mudah untuk menyelenggarakan acara ini, memngingat hal itu maka semua yang hadir dilibatkan dalam kepanitiaan, yang hadir saat itu memang dari kalangan tua dan muda sehingga optimis acara ini akan dapat diselenggarakan sesuai dengan harapan kita.
Panitia sepakat diketuai pak Nardi dari Banjarsari Samigaluh dan Mas Raharjo dari Giripurwo, Girimulyo, dan didukung sekitar 20 orang yang hadir dalam seksi-seksi, Perencanaan lanjutan akan diselenggarakan pada tanggal 13 Oktober 2011 di Banjarsari, semoga acara yang akan diikuti oleh 20 desa di 4 Kecamatan Lingkar Menoreh ini dapat berjalan dengan baik. (HDN 11)

Rabu, 05 Oktober 2011

Kabar Nanggulan

Nanggulan

Pas di hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2011, Kelompok Tani Marsudi Mulyo, Manggal, Simo, Boyolali melakukan anjangsana ke Kelompok Tani Maju, Demen, Wijimulyo, Nanggulan, di Rumah Pak Joko Purnomo ini mereka belajar tentang pembenihan padi, karena kelompok Maju memang maju dipembenihan padi dan beberapa kali mengikuti lomba sampai tingkat nasional mendapatkan juara.

Pak Joko Purnomo pada saat itu memberi penjelasan tentang beberapa jenis benih beserta lebel dan siapa yang bisa memproduksi, kemudian proses pembenihan mulai dari persiapan lahan sampai pada proses pengemasan dan pemasaran, di kelompok maju memang sudah memiliki sarana ada lantai jemur,alat pengering, blower, pengukur kadar air dll. Semua fasilitas berasal dari Dinas dan untuk pemasaran kelompok ini bekerjasama dengan salah satu perusahaan pembenihan, inilah keterbatasan kelompok yang tidak bisa memiliki ijin penjualan sendiri, semua karena hambatan perijinan yang dikeluarkan dari pemerintah.

Padi jenis Ciherang, 64, dan Ketan Wijilestari adalah andalan produk benih dari kelompok Tani Maju dan telah memenuhi kebutuhan dari petani disekitar Nanggulan dan di pasarkan oleh perusahaan rekanan, memang dalam pengelolaan tidak semua petani anggota dapat terlibat, namun hanya beberapa yang terlibat dalam pengelolaan pembenihan.

Banyak pertanyaan dari kelompok Marsudi Mulyo pada Pak Joko, terutama tentang alur pembenihan dan alur mendapatkan label unggu yang biasa diproduksi oleh kelompok Tani Maju , tetapi tidak terbatas tentang pembenihan juga tentang pemupukan dan persiapan lahan di sawah. Semua pertanyaan dapat dijawab oleh pak Joko dengan mudah, karena memang pak Joko adalah pemandu Sekolah Lapang yang sering diadakan Lesman.

Pada akhir kunjungan peserta anjangsana kurang lebih 50 orang ini melihat Unit Prosesing Pembenihan di samping rumah Pak Joko, mereka masih banyak menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada pak Joko dan kelompok Marsudi Mulyo yang dipimpin oleh Pak Sarmono dan pak Sumadi ini melanjutkan perjalanan ke Sentolo di KSU Jatirogo untuk melihat proses ekspor Gula Semut, di KSU kelompok diterima oleh Bu Tutik, Pak Rawiyo, Dll. Setelah beramah tamah dan melihat proses pengemasan gula semut sekaligus merasakan, maka peserta anjangsana kemudian menuju ke pantai Glagah untuk berpariwisata, melepas lelah sambil makan siang.

Yang menarik dari proses ini adalah kesuwadayaan dari kelompok yang sangat baik, karena semua pembiayaan berasal dari swadaya kelompok, ada kas kelompok yang ditambah dari iuran peranggota Rp.20.000. kas kelompok berasal dari kegiatan Sekolah Lapang dengan Lesman, waktu itu biaya untuk konsumsi sedikit disisihkan untuk modal simpan pinjam, dan sampai sekarang bunga dari pinjaman itu dimanfaatkan bersama untuk kegiatan kelompok.

Semoga kegiatan ini menginspirasi untuk kelompok lain. (HDN 11)

Jumat, 30 September 2011

Kabar Nglambur


Gapura“ Kampung Lestari“
Rancangan Gapura yang menjadi identitas “Kampung Lestari” telah berdiri Asri di Jalan Masuk dukuh Nglambur, tentu ini adalah kerja keras dari masyarakat Nglambur yang bekerjasama dengan beberapa pihak, terutama para Mahasiswa yang KKN di Nglambur, memang keberadaan Gapura menambah semangat bagi masyarakat Nglambur untuk selalu berbenah dan mengembangkan diri, menjadi kampong yang asri, alami, dan lestari.
Keterbukaan masyarakat Nglambur adalah modal dalam mengembangkan diri, sehingga banyak lembaga pemerintah maupun suwasta melakukan kerja sama dalam mengembangkan Nglambur dalam segala aspek, baik ekonomi, pertanian, kehutana, perkebunan, pariwisata, kesenian dan budaya, sampai pada peningkatan kapasitas masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi alam di Nglambur yang rawan longsor, semua mengarah pada kesehteraan masyarakat dan kelestarian alam Nglambur.
Semoga dengan adanya Gapura ini akan menamah keasrian dari Nglambur sebagai “Kampung Lestari” (HDN 11)

Kabar Giripurwo


Penutupan Sekolah Lapang Kakao Organik, Gapoktan Giripurwo, Girimulyo
29 september 2011 Sekolah lapang kakao organic di Gapoktan Girimulyo seudah selesai, setelah menambah 2 kali pertemuan karena materi yang belum lengkap, pada acara penutupan yang dihadiri Kepala Desa Giripurwo dan perwakilan dari PT.Pagilaran diwarnai dengan menciptakan lagu baru tentang kakao, ada yang menggunakan lagu Pocung…., Balonku, Cucak Rowo, dan Ande-ande lumut, setelah dinyanyikan bersama per kelompok maka suasana menjadi riuh…karena lucunya ekspresi para peserta saat bernyanyi bersama.
Dalam penutupan ini mas Raharjo dan Mbak Prapti memandu evaluasi pelaksanaan sekolah lapang, banyak kritik membangun yang disampaikan peserta,baik tentang materi, tentang efesiensi waktu, narasumber yang kurang banyak, fasilitator yang tidak menguasai materi, konsumsi dan kelakuan peserta yang putus ditengah jalan, semua kekuarangan akan menjadi catatan peting untuk diperbaiki dalam kegiatan yang akan datang.
Sekolah lapang adalah awal dari kegiatan budidaya kakao, maka setelah belajar tentang teknis budidaya kakao, maka kemudian peserta merencanakan tindak lanjut agar peningkatan produktifitas dan kualitas kakao dapat semakin meningkat dan berguna dalam peningkatan taraf hidup petani. Mereka merencanakan penuntasan database jumlah dan produksi kakao di masing-masing kelompok, Pembibitan kakao sebagai upaya peremajaan dan penambahan jumlah kakao, pembuatan pupuk organic dan perawatan rutin pohon kakao dimasing-masing peserta, dan Gapoktan bersama dengan Lesman memiliki rencana besar pengembangan kakao, semoga rencana itu dapat berjalan dengan baik.
Acara SL diakhiri sambutan Kelapa desa yang sangat mendukung kegiatan petani, dan untuk kegiatan petani pemerintah desa telah mengalokasikan dana untuk setiap pedukuhan 1 juta rupiah, disamping itu Kepala desa sangat terkesan dengan peserta sekolah lapang dari kalangan kaum muda, semoga kaum muda ini dapat menjadi generasi penerus para petani, dan member semangat baru bagi pengembangan pertanian di Giripurwo, setelah Foto bersama para peserta kemabli dengan membawa bibit kakao hasil pembibitan dalam SL. ( HDN 11 )

Senin, 26 September 2011

Kabar Banjarsari









Sekolah Lapang Kakao Organik Banjarsari selesai
Hari Sabtu 24 September 2011, sekolah lapang ( SL) kakao organic di Banjarsari Samigaluh Kulonprogo dinyatakan selesai karena sudah mencapai pertemuan ke 16 sesuai dengan rencana, meskipun masih banyak materi yang ingin diperdalam, tetapi materi-materi itu akan diperdalam melalui kegiatan kelompok atau kegiatan Gapoktan Banjarsari, seperti pembuatan pupuk, pemmbuatan bakteri dan pembuatan pestisida alami yang masih belum sempurna .
Selesainya SL memang bukan akhir dari kegiatan pendampingan Lesman di Banjarsari, karena SL adalah awal dari krgiatan pendampingan kelompok tani di Banjarsari oleh Lesman, beberapa peserta merasa khawatir bahwa setelah selesai SL Lesman tidak lagi mendampingi Petani Banjarsari, kekawatiran itu kemudian terjawab dengan dijelaskannya program pendampingan petani khususnya pengembangan kakao di Banjarsari mulai dari Teknis budidaya, Pemasaran, sampai dengan pengorganisasian kelompok agar dapat berkembang menjadi organisasi petani yang memiliki unit ekonomi sebagai usaha peningkatan kesejahteraan para petani Kakao, kegiatan itu masih banyak diantaranya pendataan petani untuk data base kelompok, study banding, pertemuan produsen dan konsumen, pelatihan QMS ( Quality management system ), pelatihan ICS ( internal control system) sampai dengan pembentukan kelembagaannya.
Pada acara penutupan ini juga dilakukan evaluasi bersama tentang materi, fasilitator, narasumber, konsumsi, dan peserta, meski dari evaluasi banyak hal-hal yang kurang tetapi karena penyajiannya dengan dibumbui humor, maka hal hal negative itu tidak dijadikan masalah, tetapi akan diperbaiki bersama, contohnya tentang fasilitator dan narasumber yang kurang menguasai materi, dibilang Klisak-klisik ( tidak jelas jika menerangkan ) tentu ini akan diperbaiki di masa datang……”ha….ha….tidak apa-apa saya tidak tersinggung….besok lagi akan kami perbaiki dengan belajar “ demikian disampaikan fasilitator bersangkutan pada peserta SL.
Untuk menutup Acara, diadakan permaianan mengarang dan menyanyikan lagu “balonku” tapi liriknya diganti dengan lirik yang membahas tentang budidaya kakao…….seru…..semua tampil mengesankan dan sangat lucu, demikian juga dengan pemutaran beberapa video yang behasil didokumentasikan dalam SL, menjadi sajian menarik.
Setelah selesai semua peserta foto bersama dengan fasilitaor, Mas Raharjo dan Hardono……semua peserta kemudian pulang dengan membawa bibit kakao dari hasil pembibitan, masing-masing dapat 10 batang …………semoga sukses……terima kasih pak Nardi…..tanpa ak Nardi SL ini tidak akan berjalan lancar. (HDN 11)

Selasa, 20 September 2011

Berita Banjarsari Samigaluh






Sekolah Lapang Kakao Banjarsari kedatangan Peserta “Gender and Global Standards Work shop” dari berbagai daerah dan Negara.
Tepatnya hari Jumad tanggal 16 September 2011 jam setengah sebelas peserta Worshop hadir di rumah Pak Nardi yang biasa digunakan sebagai tempat Sekolah Lapang , mereka langsung berkenalan dengan peserta Sekolah lapang dan berdialog , karena peserta workshop terdiri dari berbagai daerah dan Negara, ( Yogyakarta, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi , Sumatera, Vietnam, India, Burma, Belanda, dan Amerika ) maka setiap kalimat harus diterjemahkan oleh penterjemah bahasa.
Setelah mereka berkenalan, para peserta Workshop , melihat jalannya SL kakao yang dipandu oleh Mbak Prapti dan Mas Raharjo, waktu itu pokok bahasan adalah Pasca Panen ( Fermentasi Kakao ) melihat kebun kakao dan melihat aktifitas petani kakao di kebun sekitar Dukuh Banjarsari dan didokumentasikan melalui video Shooting, karena hari jumad mereka juga bisa melihat proses penjualan yang dikordinir kelompok, dari mulai sortir, memasukkan ke kotak fermentasi, sampai pada pengadministrasian, yang dilakukan oleh ibu-ibu anggota kelompok.
Terjadi dialog interaktif antara peserta workshop dengan anggota kelompok tentang proses dan rantai nilai perdagangan kakao di Samigaluh Kulonprogo, salah seorang peserta dari Polewali Mandar Sulawesi Barat pak Raub, terkesan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta partisipasi aktif dari anggota dalam kegiatan kelompok, yang telah telah dibangun oleh kelompok dan teman-teman Lesman, meskipun di Sulawesi sudah unggul dalam budidaya kakao, karena memiliki kebun kakao yang luas, tetapi kerapian perencanaan dan pengorganisasian masih lemah, khususnya tentang pentahapan-pentahapan menuju ke Sertifikasi orgaanik yang sudah matang direncanakan dan dilaksanakan di Banjarsari.
Sedangkan pak Hong dari Vietnam terkesan dengan kekompakan peserta SL dimana peserta perempuan mendapat keseempatan sama dalam kegiatan ini dan nampak tidak ada masalah, beliau yakin kelompok ini akan semakin kuat dan dapat mencapai tujuan mendapatkan kesejahteraan dari budidaya kakao.
Banyak yang menjadi poin penting dari adanya kunjungan ini, baik bagi pesertaa workshop maupun bagi peserta SL, dan pertemuan singkat ini diakhiri dengan makan siang bersama dengan Sayur Lodeh Tewel dan Tahu Bacem…..nikmat….Diakhir pertemuan Mas Panca (Hivos) yang mengomandani rombongan peserta workshop menyampaikan ucapan terima kasih atas penerimaan yang ramah dan menyenangkan, semoga pertemuan ini akan membawa kebaikan terutama untuk kelompok dan budidaya kakonya. (HDN11)

Senin, 12 September 2011

Kelompok Ibu Ibu Bakul “ Kembar”


Kelompok Ibu Ibu Bakul “ Kembar”
Kebonharjo-Banjarsari, Samigaluh, Kulonprogo
Sejarah singkat
Kelompok Kembar adalah kelompok yang dibentuk kurang lebih 9 tahun yang lalu murni dari keinginan ibu-ibu saat itu, kata “Kembar” merupakan kepanjangan dari Kebonharjo Banjarsari, merupakan nama desa di kecamatan Samigaluh, karena anggotanya merupakan ibu-ibu dari desa Kebonharjo dan Banjarsari yang tempatnya berdekatan. Pada awalnya kelompok ini adalah kelompok ibu-ibu bakul ( Pedagang ) yang mencoba mencari modal kerja dengan jalan membentuk arisan, sehingga ada kesempatan anggota untuk meminjam uang arisan, dalam perkembangannya kelompok ini semakin bertambah anggotanya dan tidak hanya dari kalangan bakul tetapi masuk juga Guru, pensiunan Guru, dan pegawai suwasta.
Kepengurusan
Ketua : Ibu Sri Kasmini
Wakil Ketua : Ibu Warsini
Sekretaris : Ibu Titin Purwati
Keanggotaan
Sampai dengan saat ini anggotanya ada 42 orang terbanyak dari ibu-ibu banjarsari
Kegiatan
· Arisan
Arisan dilakukan setiap 2 minggu sekali, jadi dalam satu bulan bertemu 2 kali untuk melakukan kegiatan arisan, dan angsuran pinjaman.
· Simpan pinjam
Simpan pinjam dilakukan dengan memanfatkan dana tabungan dari ibu ibu dan juga melakukan kerjasama dengan LKM, bunga pinjaman kelompok yang biasa diterapkan 0,9 % perbulan, dengan LKM sudah 5 kali dengan pinjaman modal pertama : Rp. 10.000.000, kedua : Rp. 20.000.000, Ketiga Rp. 25.000.000, keempat Rp. 30.000.000, dan kelima Rp. 35.000.000, sampai saat ini semua pinjaman modal sudah kembali, setoran dari anggota lancar, setiap ada masalah kebutuhan modal untuk anggotanya, sehingga kelompok kembar masih membutuhkan modal untuk kegiatan ini.
· Tabungan
Nama tabungan adalah tabungan wisata, setiap anggota setiap bulan wajib menabung tetapi tidak ditentukan jumlahnya, tabungan ini dibuka setiap 3 tahun satu kali, dan digunakan untuk kegiatan wisata, jika biaya wisata tidak mencukupi untuk kegiatan wisata, maka ada kewajiban anggota untukmenambah kekurangan sehingga dapat ikut wisata.
· Wisata
Wisata dilakukan 3 tahun sekali dengan memanfaatkan dana tabungan wisata
· Kegiatan dengan Lesman
Beberapa anggota dari kelompok Kembar sudah megikuti kegiatan dengan Lesman, di Kebonharjo aktif di kelompok tani Patuh dan sudah melakukan Temu Perempuan Tani yang dilakukan pada 12 Maret 2011 yang lalu di Banjarsari sebagian anggotanya terlibat dalam Sekolah Lapang Kakao Organik Kelompok Tani Banjarsari, dan mereka masih berharap ada kegiatan lagi khususnya untuk pemahaman Gender di kalangan ibu-ibu Kebonharjo dan Banjarsari, sehingga kegiatannya tidak hanya simpan pinjam tetapi juga kegiatan lain yang dapat menunjang peningkatan pengetahuan dan pendapatan anggotannya. ( HDN 11 )

Kamis, 25 Agustus 2011

Diskusi Kakao




Banjarsari, 16 Mei 2011

Setelah pada awal bulan Mei 2011, pak Nardi dan Lesman merapat ke Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kulonprogo menemui Bapak Sugito, maka acara “Diskusi Kakao Kulonprogo” menjadi lebih mantab untuk dilaksanakan, Pak Sugito bersedia menjadi narasumber dengan tema “ Peningkatan Produksi dan Kualitas Kakao Kulonprogo “ dan pelaksanaannya dipilih tanggal 16 Mei 2011, meskipun tanggal merah tetapi Pak Sugito tetap bersedia untuk hadir. Lebih lanjut tentang jalannya proses diskusi dilaporkan seperti dibawah ini :

CATATAN PROSES

Acara diawali dengan pembukaan oleh Pak Nardi selaku panitia pelaksanaan kegiatan ini
Penyampaian maksud dan tujuan disampaikan oleh P. Raharjo
Acara ini digagas dalam kegiatan SL kakao yang dilakukan di Giripurwo , Girimulyo dan di Banjarsari Samigaluh, ebagai langkah advokasi petani kakao untuk memahami berbagai kebijakan tentang kakao di Kulonprogo, Meskipun kegiatan ini baru langkah awal untuk menjalin komunikasi antara petani kakao dengan pihak Dinas,namun semoga setelah acara ini yang diikuti oleh sekitar 54 orang peserta dari 22 kelompok di Banjarsari , Giripurwo, Pagerharjo dan Kebonharjo komunikasi itu bisa jalan terus, adapun maksud dan tujuan dari diskusi ini adalah sebagai berikut :
• Agar ada sharing tentang strategi dan kebijakan serta program-program Disbun dalam peningkatan mutu dan kualitas kakao di Kulonprogo.
• Untuk meningkatkan pemahaman Petani tentang strategi dan kebijakan serta program-program Disbun dalam peningkatan mutu dan kualitas kakao di Kulonprogo.
• Memperluas peluang petani untuk mendapatkan pendampingan dan fasilitas dari Disbun.
• Meningkatkan komunikasi antara petani dengan dinas terkait dalam hal ini Disbun

Sambutan dari Kepala Desa Banjarsari
Karena Kepala Desa baru ada kegiatan maka sambutan dilakukan oleh Kepala Dusun Jumblangan, Banjarsari Samigaluh Bp. Nardi : dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyelenggarakan kegiatan ini di Banjarsari, memang setelah ada program Feati yang difokuskan pada peningkatan budidaya kakao, maka kegiatan budidaya kakao di Banjarsari menjadi semakin giata dilakukan, semoga dengan kegiatan-kegiatan ini akan menumbuhkan kesadaran dari masyarakat Banjarsari khususnya yang sudah memiliki tanaman kakao untuk dapat melakukan budidaya secara baik, sehingga tanaman kakao yang sekarang tidak terawat , kemudian akan terawat dan dapat memberikan hasil untuk peningkatan pendapatan petani, dari pemerintah desa akan mendukung dan membantu para petani untuk bidang kakao ini.

Sambutan PPL Samigaluh Bp. Bambang
Dari PPL Samigaluh mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini, sebagai media untuk bertemu dan terlibat dalam diskusi antara petugas dengan petani, acara-acara seperti ini merupakan media bagi petugas untuk menyampaikan beberapa informasi dari pemerintah/dinas tentang beberapa kegiatan di budidaya kakao, memang selama ini dari pihak PPL selalu membantu bagaimana agar kelompok bisa mendapatkan fasilitas dari Dinas tetapi memang kelompok-kelompok itu adalah kelompok yang secara aktif berkomunikasi dengan pihak PPL maupun Dinas, memang baru sebagian kecil karena sebagian kelompok kurang aktif melakukan komunikasi, semoga setelah ini aka nada kamunikasi dengan kami dan semoga fasilitasi dari Dinas akan lebih banyak.

Materi Kebijakan Peningkatan produksi dan mutu kakao Kulonprogo dari Disbun Kabupaten Kulonprogo yang diwakili oleh Bapak Sugito
Pada awal beliau memberikan gambaran situasi pengembangan kakao di Kulonproga saat ini yang masih memiliki peluang yang cukup luas bagi petani kakao untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakaonya, produksi kakao Kulonprogo saat ini masih 450 Kg/ Ha padahal minimal seharusnya 1,1 ton/Ha maka masih jauh sekali harapan itu bisa terealisasi, dalam pengembangan kakao Kulonprogo memang terkendala dengan pengembangan bibit kakao yang ditanam sejak tahun 1991-1992 atau sekitar 18 tahun yang lalu itu adalah dari jenis persilangan, hal ini berakibat ada yang dapat berbuah baik ada yang tidak berbuah sama sekali, akibat dari ini adalah produksi kakao yang tidak banyak dan keengganan petani untuk budidaya kakao karena ada kakao yang sama sekali yidak berbuah padahal sudah ditanam bertahun-tahun. Kendala lain adalah minimnya pengetahuan petani tentang budidaya kakao khususnya tentang pemeliharaan tanaman, dari berbagai permasalahan ini maka ada beberapa kebijakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang terumuskan dalam beberapa program sebagai berikut :

a. Intensifikasi dan peremajaan
Mengingat banyaknya tanaman kakao yang seharusnya sudah produksi tetapi ternyata tidak produktif, maka tanaman ini perlu diintensifkan dengan cara memelihara dan meremajakan tanaman dengan dua cara, dengan mengganti tanaman dengan tanaman baru, penggantian dengan tanaman baru ini harus benar-benar dari bibit yang berkualitas memiliki produktifitas tinggi dan memiliki umur panjang, atau dengan melakukan sambung samping dengan sambungan ( entres ) dari tanaman yang berkualitas . Di Kulonrpogo untuk peremajaan ada bantuan bibit dari Disbun untuk kelompok-kelompok tani, seluas 200 Ha per tahun anggaran, kebetulan untuk tahun 2011 sudah dilakukan, dipersilahkan kelompok mengajukan permohonan ke Disbun untuk tahun anggaran berikutnya, karena program ini untuk wilayah Kokap, Samigaluh, Girimulyo dan Kalibawang. Intensifikasi ini juga dengan mengatur kebun petani, karena rata-rata petani Kulonprogo menanami kebunnya dengan tanaman campuran ( Kakao, Cengkeh,Mahoni, Rambutan, Jati dan tanaman lain yang diambil daunnya untuk pakan ternak ) akibatnya perkembangan dari tanaman mereka tidak maksimal, khususnya tanaman kakao akan sangat terganggu dengan tanaman lain, maka perlu mulai memilih komoditi tanaman yang ditanam secara monokultur, salah satu keberhasilan kakao di luar Jawa karena mereka menanam kakao secara monokultur, memang ada tanaman sela dan penyangga, tetapi tidak sebanyak yang ditanam di wilyah Kulonprogo. Jika ingin tanaman kakao di Kulonprogo dapat berkembang dengan baik maka kita perlu mengintensifkan lahan kita untuk tanaman kakao.

b. Peningkatan SDM petani melalui Sekolah Lapang
Kurangnya pemeliharaan tanaman Kakao di Kulonprogo salah satunya disebabkan karena minimnya pemahaman dan pengetahuan petani terhadap pengelolaan Kakao, maka untuk meningkatkan pemahaman ini dilakukan dengan program peningkatan kapasitas petani terhadap pengelolaan kakao melalui sekolah lapang dengan materi budidaya kakao, PHT ( Pengamatan Hama Terpadu ) dan peningkatan produksi dan penanganan pasca produksi. Kegiatan ini dilakukan di kelompok-kelompok tani yang telah intensif membangun hubungan dengan Dinas dan memiliki potensi tanaman kakao, untuk sekarang ini dilakukan di Pagerharjo Samigaluh, melibatkan petani di sekitar Samigaluh.

c. Bantuan Sarana Prasarana bagi petani dan kelompok tani
Untuk membantu peningkatan produksi dan kualitas kakao bagi para petani, maka dari Disbun ada program bantuan sarana prasarana, untuk tahun 2011 dan 2012 bantuan itu berwujud bangunan UPH ( Unit Pengolahan Hasil ), Kotak Fermentasi, dan terpal untuk sarana penjemuran, serta alat timbang bagi unit pemasaran kakao. Untuk tahun 2011 sudah dijalankan tetapi untuk tahun 2012 kelompok masih memiliki kesempatan mendapatkan bantuan ini, dengan syarat ada kegiatan budidaya dan penjualan kakao di kelompok.

d. Pembentukan KUB ( Kelompok Usaha Bersama )
Komoditas kakao adalah komoditas yang memiliki potensi peningkatan pendapatan petani, karena harga kakao relatif stabil dan sangat dibutuhkan dipasaran dunia, namun karena sekarang ini petani masih melakukan penjualan melalui para tengkulak dan tidak terkordinir maka harga kakao di tingkat petani masih sangat rendah, untuk mengatasi hal ini maka Disbun mendorong petani untuk membentuk KUB ( Kelompok Usaha Bersama ) diharapkan dengan adanya KUB ini petani dapat terkordinir dalam memasarkan kakao dan melakukan standar kualitas sehingga kakao yang dijual akan memiliki harga yang baik, KUB ini juga berfungsi untuk mewakili petani dalam melakukan kerjasama penjualan kakao pada Perusahaan-perusahaan pemasaran kakao, karena dengan berkelompok maka petani dapat meningkatkan nilai tawar petani terhadap para pembeli kakao.


e. Bantuan penguatan modal
Bantuan penguatan modal ini diberikan kepada KUB-KUB yang melakukan pemasaran kakao di kelompok-kelompok, modal yang diberikan adalah untuk modal awal dalam melakukan jual beli kakao, karena KUB membutuhkan modal saat menghimpun kakao dari petani, pada tahun tahun kemarin jumlah dana untuk penguatan modal kelompok sebesar Rp. 10.000.000, per kelompok, namun karena dipandang bahwa KUB-KUB masih melakukan peragangan dengan modal kecil sehingga tidak efektif, maka sekarang tiap KUB hanya diberi penguatan modal sebesar Rp. 4.000.000 dengan modal ini KUB sudah bisa melakukan pembelian kakao dari petani. Tahun ini diberikan pada 28 KUB se Kabupaten Kulonprogo, untuk tahun depan kelompok bisa mengajukan permohonan ke Disbun.

f. Pola Kemitraan
Untuk meningkatkan kualitas dan produksi kakao di Kulonprogo maka Disbun melakukan pola kemitraan dan kerjasama dengan semua pihak, baik dari kalangan swasta yang melakukan jual beli kakao, juga dengan pihak lembaga non pemerintah ( NGO ) yang memiliki perhatian terhadap budidaya kakao di Kulonprogo, seperti saat ini Disbun melakukan kerjasama dengan Lesman untuk terlaksananya acara ini, dan dalam pemasaran serta budidaya kakao juga melakukan kerjasama dengan PT. Pagilaran yang selain melakukan jual beli kakao, pagilaran juga melakukan pembinaan pada kelompok tani dan petani dalam teknis budi daya dan pemasaran kakao.
Diskusi Tanya jawab
• Pertanyaan dari Pak Saimin, Klp. Ngudi Rejeki, Kepundung, Giripurwo, Girimulyo
Tetangga kami ada yang menanam pohon kakao sudah lama sekali tidak berbuah, apakah ini salah dalam pemilihan bibit dan bagaimana agar pohon ini dapat diperbaiki ?
Jawab :
Seperti disampaikan diawal tadi bahwa tanaman kakao yang ada di Kulonprogo ini masih dari jenis yang kurang baik, sehingga pasti ada tanaman yang tidak berbuah, maka dari itu ada program intensifikasi dan peremajaan, semua tanaman yang tidak berproduksi seharusnya di musnahkan, ada dua cara memusnahkan dengan disambung samping terlebih dahulu dengan entres yang baik, setelah sambung samping tumbuh baik kemudian pohon bisa ditebang, dan cara yang kedua adalah dengan mengganti dengan tanaman baru yang lebih berkualitas.Jika pohon yang sudah tidak berbuah selama 4-5 tahun seharusnya dimusnahkan, karena tidak lagi bermanfaat.
• Pertanyaan dari Pak Ponijan, Klp. Asmorogati, Jumblangan II, Banjarsari, Samigaluh
Kelompok kami sudah mengajukan sarana prasarana kakao dari Disbun, melalui Gapoktan Banjarsari, tetapi sampai saat ini kami belum perah mendapatkan fasilitas apa-apa, apakah kami diperkenankan langsung ke Disbun, tidak usah melalui Gapoktan ?
Jawab :
Memang dalam pengajuan proposal sebaiknya dari kelompok atau gabungan kelompok tani berkonsultasi dulu dengan pihak PPL kecamatan ( Samigaluh P. Muryanto ) dan kemudian baru masuk Disbun, Tetapi di Disbun tidak menutup kemungkinan jika kelompok mau langsung ke Disbun, hanya saja kami akan tetap mendengarkan pertimbangan dari BBP kecamatan, karena BPP kecamatan adalah pemangkuh wilayahnya, kelompok seharusnya juga dibiasakan untuk berkunjung ke BPP setempat, sehingga akan mendapat informasi tentang beberapa kegiatan yang sedang dan akan di jalankan Disbun.
• Pertanyaan Pak Gunadi Gapoktan Guyup Rukun Kebonharjo, Samigaluh
Di Kebonharjo tanaman kakao memang sudah cukup banyak, tetapi dari tanaman kakao ini masyarakat atau petani masih belum mengenyam manisnya kakao, ini karena masih banyak hama dan penyakit pada kakao seperti bajing dan penggerek batang dan buah sehingga buah menjadi kerdil dan tidak produktif, bagaimana mengatasi hal ini ?, kemudian dalam kelompok kami pernah mengajukan permohonan bibit kakao ke Disbun sejak tahun 2006, tetapi setelah beberapa waktu kami cek, katanya berkasnya hilang, bagaimana agar kami dapat bantuan bibit itu ?
Jawab :
Untuk pemeliharaan tanaman memang seharusnya petani belajar melalui Sekolah Lapang dan pelatihan pelatihan atau mengundang PPL di BBP kecamatan, karena mempelajari kakao tidak bisa instan tetapi butuh waktu dan kemauan, bisa setelah pertemuan ini ikut dalam SL di Banjarsari ini. Untuk hama bajing ( Tupai ) adalah dengan mengamankan pohon dengan pohon lain, ini pentingnya pemangkasan agar dahan tidak untuk jalan tupai dari pohon ke pohon, dan bisa juga dilakukan pengurangan dengan senapan. Untuk fasilitasi bibit dari Disbun mohon buat proposal lagi dan selalu ditanyakan ke Dinas, kalau tidak selalu ditanyakan ya….kemungkinan akan tidak terfasilitasi karena banyak kelompok yang juga mengajukan.
• Pak Nardi Gapoktan Banjarsari, Samigaluh
1. Rencana KUB-KUB yang ada di kelompok akan membentuk KUB di tingkat kecamatan, apakah Disbun bisa menfasilitasi ?
2. Untuk bantuan UPH ( Unit Pengolahan Hasil ) itu bagaimana, apa memang untuk tempat alat fermentasi atau untuk kantor, karena dilihat dari bangunannya masih membingungkan ?
3. Kami dalam melakukan penjualan sudah mengikuti saran dari PT. Pagilaran untuk melakukan fermentasi terlebih dahulu, tetapi mengapa PT, Pagilaran juga menampung dari pedagang yang tidak difermentasi dengan harga hanya selisih Rp.1.000,-, apa beda nya ?
4. Untuk bantuan korban Erupsi Merapi apa masih ada….karena Banjarsari juga terkena Dampak tetapi tidak mendapat bantuan ?
Jawaban :
1. Dinas akan mendorong dan membantu dalam menfasilitasi ide baik untuk membentuk KUB, karena dengan adanya KUB petani dan kelompok tani akan memiliki nilai tawar dengan para tengkulak,jangan tergantung dengan PT. Pagilaran.
2. Untuk UPH memang kelihatannya kurang memadai, tetapi kelompok bisa mengembangkan itu menjadi kantor dari KUB untuk melakukan transaksi dan sekretariat, untuk penampungan alat fermentasi bisa di luarnya, sedang untuk kakao yang sudah difermentasi bisa di dalamnya, tergantung kreatifitas kelompok masing-masing.
3. Kalau hal ini perlu ditanyakan ke PT. Pagilaran, tetapin penting KUB untuk tidak tergantung dengan PT.Pagilaran….masih banyak pembeli yang lain.
4. Program bantuan Erupsi Merapi yang disampaikan di Sidoharjo , Pagerharjo, dan Kalibawang sebenarnya program untuk Kabupaten Sleman, tetapi Kulonprogo mendapat bagian sedikit, maka dari itu dialokasikan pada daerah yang paling parah, untuk program sejenis kami tidak mengetahui masih apa tidak.

Rencana tindak lanjut ( Mulyono )
• Agar ada peningkatan produksi dan kualitas kakao, maka petani dan kelompok tani harus menjaga kualitas kakao, dengan belajar budidaya kakao dan penanganan pasca produksi, ini bisa dilakukan dengan mengikuti Sekolah Lapang dan pelatihan atau penyuluhan-penyuluhan, selain itu juga bisa dengan cara diskusi dengan petani yang sudah pengalaman dalam budidaya kakao.
• Melihat masih banyak kelompok-kelompok yang belum terfasilitasi atau terdampingi dalam masalah kakao, maka perlu petani dan kelompok tani hadir dalam Musbangdes di desanya masing-masing, dan berusaha memasukkan usulan-usulan pengembangan kakao agar menjadi prioritas pembangunan di desa, untuk diajukan pada tingkatan yang lebih tinggi, dengan menyuarakan kepentingan pengembangan kakao di forum-forum perencanaan pembangunan, maka pasti pengembangan kakao akan diperhatikan, dan kelompok akan mendapatkan fasilitas dan pendampingan dari pemerintah.
• Membentuk forum-forum yang membahas khusus tentang kakao, misalnya dengan membentuk forum KUB tingkat kecamatan akan semakin meningkatkan posisi tawar petani kakao terhadap pihak lain, forum-forum ini juga akan memudahkan dalam mengkordinir, membina, mendampingi, dan mengadvokasi petani kakao agar menjadi lebih maju.
8. Kesimpulan ( Raharjo & Hardono )
• Ada semangat petani dan kelompok tani untuk memajukan kakao sehingga menjadi komoditi andalan bagi peningkatan pendapatan petani, ini terbukti dengan terselenggaranya acara ini dan terselenggaranya Sekolah Lapang kakao di Samigaluh dan Girimulyo, ini adalah usulan langsung dari petani dan kelompok tani, meskipun kegiatan ini dilakukan bersama Lesman, tetapi inisiatif datang dari petani dan kelompok tani, semoga akan mendapat perhatian dari instansi terkait.
• Program dari Disbun memang sudah banyak yang dilakukan, akan tetapi masih juga ada beberapa kelompok tani yang belum bisa merasakan fasilitasi atau pendampingan ari Dinas, menjadi refleksi bersama apakah Dinas yang tidak tidak proaktif atau petani dan kelompok Tani yang tidak pro aktif.
• Sisi penting dari peningkatan produksi dan kualitas kakao di Kulonprogo adalah sisi pengorganisasian, karena jika kegiatan ini terorganisasi maka semua hambatan dalam pengembangan kakao akan dapat diselesaikan tentu dengan melibatkan berbagai pihak terkait, yang peduli dengan peningkatanProduksi dan kualitas kakao di Kulonprogo.
• Acara ini adalah awal dari langkah advokasi petani dalam pengembangan kakao, meski banyak kekurangan namun sudah mengarah pada upaya menggugah petani dan kelompok tani untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakao, serta menjalin komunikasi dengan Disbun Kulonprogo. ( HDN11)

Jumat, 06 Mei 2011

Memulai Sekolah Lapang Kakao Organik








Dua Gabungan kelompok Tani pada bulan April mulai melakukan proses SL Kakao Organik bersama Lesman, masing-masing di Gapoktan Giripurwo mulai tanggal 28 April 2011, bertempat di dukuh Kepundong Rumah bapak Mujiran, Giripurwo, Girimulyo, dengan jumlah peserta 40 petani perwakilan dari 15 kelompok, sedangkan di Banjarsari Samigaluh bertempat di rumah pak Nardi Jumblangan, Banjarsari , diikuti oleh lebih dari 40 orang perwakilan dari sekitar 12 kelompok di Banjarsari.
Di masing-masing kegiatan itu keterlibatan perempuan dan kaum muda sudah terakomodir mengikuti kegiatan ini, karena keseriusan dari ketua Gapoktan dan ketua kelompok untuk belajar Kakao, maka dalam kegiatan ini kelihatan semua nampak bersemangat dan mau terlibat sampai acara selesai.
Rencananya SL ini akan berlangsung sampai 16 kali pertemuan dengan materi lengkap mulai pembiitan, penanaman, pemeliharaan, pengelolaan hama dan penyakit, pembuatan pupuk organik, ekologi tanah sampai pada proses pasca panen dan pemasarannya, juga akan dibahas tentang pengorganisasian kelompok, terutama untuk pemasaran bersama kakao, agar potensi ini dapat memiliki peran penting dalam peningkatan hidup petani di Kulonprogo.
Kegiatan Sekolah lapang ini juga dikordinasikan dengan disbun dan PT. Pagilaran yang sudah sejak lama mendampingi petani kakao di Kulonprogo, diharapkan mereka dapat berperan sebagai narasumber untuk materi-materi di Sekolah lapang ini. ( HDN 11 )

Pembuatan Biodigester Plastik



Pembuatan Biodigester plastik Pendekan, Tirtorahayu Galur

Tanggal 5 Mei 2011, Tim Biogas Lesman jadi membantu Kelompok Tani di Pendekan untuk belajar membuat biodigerter plastik, tetapi karena cuaca tidak mendukung maka kegiatan ini tidak dapat berjalan dengan baik. Galian tanah yang sudah dipersiapkan kena banjir dan akhirnya kegiatan hari itu hanya sampai merakit biodigester plastik sepanjang 7 meter dengan lebar plastik 1,5 meter, juga membuat penampung gas, alat pengaman, dan memuat input yang terbuat dari Bis beton.

Dalam kegiatan ini diikuti oleh sekitar 10 orang petani yang memiliki minat pada Biogas, dan dari Lesman ada Mas Eko Budidarmanto, Mas Narang, dan Hardono, untuk tahapan selanjutnya adalah menyempurnakan galian dan membuat dinding pengaman dengan batako, dan selanjutnya memasang biodigester, memasang pipa-pipa, memasang pengaman, memasang penampung gas dan memasang kompor sederhana di dapur, kemudian proses instal dengan memasukkan kotoran sapi ke biodigester .....
Kegiatan lanjutan ini akan dilakukan pada minggu depan. ( HDN 11/ kegiatan 5 Mei 2011 )

Rabu, 27 April 2011

KSU Jatirogo


Kantor Baru KSU Jatirogo

Saat kami ada janjian dengan Pak Rawiyo ( KSU ) untuk membicarakan tentang pengalihan pinjaman dari Jatirogo Ke KSU Jatirogo, kami dipersilahkan menemui di pinggir jalan Ngrandu, Kaliagung Sentolo, sesampai di sana ternyata mereka sedang bersih-bersih gedung yang akan dijadikan Kantor Baru KSU , sebagai ganti kantor lama di Nanggulan, alasan mereka pindah karena gedung kantor lama tidak bisa diperpanjang kontraknya, sehingga harus mencari tempat lain.
Gedungnya cukup luas, halaman cukup luas , terletak di pinggir jalan sehingga mudah dicari, bisa digunakan untuk kantor dan gudang, dan yang paling sip...... adalah sewanya murah.....meriah, ya..... semoga teman-teman KSU bisa terbantu dengan gedung ini, untuk mengembangkan KSU dalam usaha jual beli produk pertanian organik, seperti Gula Semut sebagai andalan KSU saat ini. ( HDN 11,Kunjungan lapang 13 April 2011 )

Biodigester Plastik


Persiapan pembuatan Biodigester Plastik di Pendekan, Tirtorahayu, Galur

Ketertarikan kelompok Pendekan untuk membuat Biodigester plastik telah lama menjadi usulan kegiatan, setelah dilakukan pertemuan kelompok pada bulan Pebruari 2011 lalu, terjadi kesepakatan bahwa kegiatan ini akan dilakukan di bulan Akhir April 2011 di Rumah Bapak Sutris ( Ketua Kelompok ) sebagai bahan belajar bersama dan pengenalan biogas pada kelompok.
Tanggal 13 April dilakukan survey tempat dilakukan kegiatan ini, setelah dilakukan survey oleh Tim Lesman kemudian disepakati biodigester akan diletakkan di samping kandang sapi dan kompor sementara ada di dekat kandang, jika memang dapat berfungsi dengan baik, maka akan disalurkan ke dapur yang letaknya tidak jauh dari kandang.
Kegiatan penggalian dilakukan minggu terakhir bulan April, dan untuk kegiatan selanjutnya dilakukan awal ulan Mei. ( HDN 11 , Kunjungan lapang 13 April 2011 )

Perkembangan program di Modinan Galur


Monitoring Ke Modinan Galur

Rabu , Tanggal 13 April 2011 Kami melakukan monitoring di peduhuhan Modinan, Desa Kranggan, Galur, Kulonprogo, monitoring dilakukan atas permintaan dari Bapak Sutris selaku pengawas pada kegiatan program YCAP, sebenarnya kegiatan monitoring sudah dilakukan setiap ada kesempatan, memang yang menjadi narasumber adalah pak Dukuh, tetapi kami sangat menghargai permintaan monitoring ini, untuk melihat beberapa perkembangan pada fasilitasi program YCAP, khususnya tentang gaduhan sapi yang sekarang memang menghadapi permasalahan besar dengan turunnya harga sapi, kemudian tentang perkembangan program lain seperti Pompa, Tabung Gas, dan modal kerja, atau modal simpan pinjam.
Dari diskusi ini kemudian muncul ide untuk melakukan kegiatan monitoring semua kegiatan YCAP tidak hanya di Modinan saja, tetapi disemua pedukuhan yang mendapat program YCAP , kegiatan ini akan dijadwalkan Lesman dalam satu rangkaian monitoring , kegiatan ini akan dilakukan dalam satu pertemuan yang melibatkan pengurus dan penerima manfaat, sehingga tidak terjadi simpang siur informasi. Dari informasi yang disampaikan oleh pak. Sutris sementara ini memang hanya simpan-pinjam yang dapat berjalan dengan baik sedang yang lainnya memang masih perlu penggalian informasi lebih lanjut. ( HDN 11 , Kunjungan lapang 13 April 2011 )

Rabu, 30 Maret 2011

Perkembangan kelompok Nepi, Kranggan





Perkembangan Kelompok di pedukuhan Nepi, Krangan, Galur Kulonprogo
Menurut pak Narso ( Kepala Dukuh ) Ternak sapi telah dilakukan penjualan pada hari Korban beberapa waktu yang lalu, dari 5 ekor sapi program YCAP dijual 4 ekor, dan dibelikan lagi sapi 7 ekor, dan kembali digaduh 7 petani di Nepi, kalau dihitung-hitung dari 8 sapi tersebut bila dirupiahkan total Rp.34.200.000,-, ada sisa uang Rp.2.200.000, uang ini sudah digunakan untuk menambah membeli sound system Rp.360.000, dan membeli bola untuk anak-anak pedukuhan Rp. 150.000.
Sekarang pedukuhan sudah memiliki sound system yang bisa disewakan jika ada hajatan, harga sound system tersebuut Rp.1.360.000,- disubsidi oleh pihak pemerintah desa Kranggan Rp.1.000.000,- .
Ada kendala pada sapi yang harganya Rp.7.250.000, sapi ini sudah dikawin sontik 3 kali, tetapi belum berhasil, tetapi penggaduh optimis sapi ini akan cepat bunting.
Saat ini bila penggaduh ada masalah dengan kesehatan sapinya, mereka meminjam uang kelompok untuk mengobati sapinya, dan akan diperhitungkan jika sapi sudah dijual.
Untuk perkembangan SPP ( Simpan pinjam Perempuan ) berjalan lancer, tetapi tidak bisa dilihat berapa ompset sampai sekarang karena pengurusnya sedang tidak ada di tempat, sedangkan untuk kegiatan lele memang sangat sulit berkembang tetapi jika ada waktu akan dilihat perkembangannya, karena pengurusnya juga sedang tidak ada di tempat. ( HDN 11/Kunjungan lapang 29 Maret 2011 )

Rencana SL kakao



Rencana SL Kakao Kelompok Mentes Banjarsari
Dari pertemuan pada tanggal 27 Oktober 2010 yang diikuti 6 kelompok tani di Banjarsari ada kesamaan tentang permasalahan yang dihadapi, yaitu tentang Teknis Budidaya Kakao dan kelembagaan pemasaran yang masih menjadi kendala dalam pengembangan kakao di Banjarsari, pada waktu itu permasalahan ini akan dicari solusinya melalui SL kakao dan penguatan kelembagaan pemasaran kakao agar memiliki aturan main yang jelas sehingga petani kakao bisa menikmati hasilnya.
Karena banyaknya kegiatan FIATE di kelompok maka baru sekarang direncanakan untuk menindaklanjuti apa yang menjadi rencana tindak lanjut pertemuan 27 Oktober 2010, yaitu untuk melakukan SL kakao di Banjarsari, diharapkan bulan April nanti bisa dilakukan perencanaan SL , karena dari program FIATE sudah banyak dilakukan kegiatan di kakao maka dalam perencanaan ini menjadi penting untuk memilih materi SL agar tidak berbenturan dengan materi yang sudah dilakukan dalam program FIATE.
Dalam kegiatan mendatang juga akan melibatkan pihak PT. Pagilaran yang sekarang sudah melakukan kerjasama pembelian kakao di kelompok, juga dengan Disbun yang sudah membantu berbagai peralatan untuk proses fermentasi kakao. ( HDN 11/Kunjungan lapang 28 Maret 2011 )

Rencana diskusi kakao



Rencana Diskusi Kakao Dengan Disbun Kulonprogo

Potensi pengembangan kakao di Kulonprogo cukup menjanjikan, beberapa wilayah di pegunungan Menoreh sudah membudidayakan tanaman kakao, namun budidaya yang sudah dilakukan belum mencapai hasil yang maksimal, oleh karena itu beberapa gapoktan dan kelompok tani yang memiliki potensi budidaya kakao akan melakukan diskusi dan sharing dengan Disbun Kulonprogo sebagai langkah memaksimalkan budidaya kakao.Beberapa kelompok dan gapoktan yang menggagas ini adalah klp.Tani Mentes Banjarsari Samigaluh, Klp. Tani Patuh Kebonharjo Samigaluh, gapoktan Giripurwo, Gapoktan Pendoworejo, Girimulyo dan beberapa kelompok di Pagerharjo Samigaluh.
Saat ini pak Nardi sedang mengadakan lobi ke Disbun untuk mencari narasumber yang bisa memberikan gambaran bagaimana strategi dan perencanaan Disbun dalam pengembangan kakao di Kulonprogo. ( HDN 11/Kunjungan lapang 28 Maret 2011)

Sosialisasi Amdal Rencana Penambangan Pasir Besi Pesisir Selatan Kulonprogo



Sosialisasi Penyusunan Analisa Dampak Lingkungan Rencana Penambangan Pasir Besi di wilayah Pesisir Kulonprogo


Tanggal 28 Maret 2011 di Balai desa Pleret, kecamatan Panjatan, Kulonprogo dilakukan Sosialisasi Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) rencana penambangan pasir besi yang dilakukan oleh Pemda bersama PT.Jogja Magasa Iron ( JMI ), sosialisasi ini langsung dikritisi oleh anggota PPLP ( Paguyuban Petani Lahan Pantai ) , menurut Mas Supri meskipun cukup sulit memahami rancangan Amdal yang terdiri dari 3 buku yang tebal-tebal, tetapi kami bisa mengkritisi dari bagaimana sampel respoknden akan diambil dengan cara Rondom, meskipun random mengapa ada ketentuan tentang Perangkat dan masyarakat biasa yang diperhitungkan dengan persen, kemudian kami juga belum melihat seperti apa kuisioner yang akan disampaikan ke responden, sehingga kami tidak bisa megkritisi, namun sebelum ini dilakukan kami harus sudah melihat dan memahami isi dan bentuk kuisioner, jika tidak sesuia dengan pandangan kami, maka kami akan menolaknya.
Sebenarnya kami sudah mengajukan usul agar penyusunan analisa dampak lingkungan ini dapat ditinjau bersama dengan PPLP , kami akan menunjuk Praktisi yang menguasai tentang Amdal untuk mengkritisi ....tetapi usul kami ini ditolak.
Setelah sosialisasi bisa dilakukan di semua desa yang masuk kawasan rencana penambangan pasir besi, kami akan melakukan kordinasi dan evaluasi, agar pelaksanaan analisa sosial yang akan dilakukan bisa berjalan adil dan tanpa tekanan dari siapapun.
Melihat peta penambangan pasir memang tidak hanya lahan pertanian yang akan habis, tetapi lahan pemukiman juga masuk dalam 30 ha rencana penambangan pasir besi ini, ini sangat menggelisahkan bagi warga, karena mereka sekarang hidupnya sangat bergantung dari lahan pertanian di pesisir selatan ini. ( HDN 11/kunjungan lapang 29 Maret 2011)

Petani Lahan Pesisir




Beralihnya Sumur Renteng ke Sumur Pantek di Lahan Pertanian Pesisir Panjatan Kulonprogo

Petani di lahan pesisir Panjatan Kulonprogo kini tidak lagi menggunakan pengairan sistem ”Sumur Renteng”, sumur renteng adalah sumur yang dibuat berjajar di lahan pertanian, rata-rata dibuat dari bis

Begitulah pemandangan pada saat ini, dilahan pertanian di pesisir memang masih terdapat banyak sumur yang terbuat dari bis beton ( Sumur renteng ) tetapi rata-rata sudah tidak dipergunakan, karena pengairan hanya bertumpu pada 1 sumur pantek saja.

Selain dapat menghemat tenaga dan waktu, petani juga memanfaatkan kemajuan tehnologi yang dapat menunjang jegiatan pertanian, dengan adanya pompa diesel maka kini mereka tidak lagi capek-capek memilkul air, tinggal menghidupkan mesin mereka sudah bisa dengan mudah menyiram tanaman mereka.

Menururt cerita salah seorang petani mereka selalu menggunakan pupuk kandang yang terlebih dulu dicampur dengan stardek untuk mempercepat pembusukan, kemudian disebar di sekitar tanaman, mereka menyemprot tanaman dengan nutrisi untuk mempercepat tumbuhnya daun, yang banyak dikeluhkan adalah banyaknya hama Uret yang menyerang akar tanaman. Sayang sekali mereka menanam cabe keriting yang memakan biaya banyak untuk membeli nutrisi dan racun, seandainya mereka menanam cabe lokal maka mereka tidak banyak mengeluarkan dana untuk membeli nutrisi dan racun, mereka bisa menggunakan nutrisi dan pestisida alami, banyaknya uret bisa menjadi pertenda bahwa pengolahan kompos yang mereka lakukan tidak sempurna, mereka hanya mencampur dengan stardek tanpa mengolah dengan benar, jika pengolahan kompos dilakukan dengan ditutup mulsa, maka tidak akan banyak ditemui telur uret, karena pada masa pembuatan kompos, sering sudah dihinggapi kumbang untuk bertelur, hal ini memicu banyaknya uret. ( HDN 11/Kunjungan Lapang 29 Maret 2011)

Kegiatan Maret 2012

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM

MENGHORMATI ANUGRAH ALAM
kegiatan awal 1 Suro di Nglambur

OBROLAN

Waktu sekarang

pengunjung

Pages - Menu

woro-woro