“ Petani itu
harusnya bercocok tanam bukan bertanam cocot ( Bahasa Jawa : Mulut )”
Demikian guyonan yang disampaikan
Bupati Kulon Progo pada audensi Bupati dengan Forum Petani Kakao Kulon Progo hari
Rabu 6 Juni 2012, maksudnya petani tidak usah banyak bicara tetapi banyak
bekerja bercocok tanam, guyonan ini kemudian disambut tawa dari 19 perwakilan
petani kakao di dua kecamatan Girimulyo dan Samigaluh, meskipun kata-kata ini
sangat kasar tetapi dengan guyonan ini suasana menjadi cair dan lebih akrab.
Audensi ini dimohon oleh Forum untuk beberapa
tujuan seperti disampaikan oleh Kordinator Forum ( Raharjo dan Nardi), yaitu :
1. Silahturahmi dan perkenalan
2. Diskusi tentang peningkatan kualitas dan produktifitas kakao di Kulon Progo
3. Diskusi tentang Buku Panduan ICS (Internal Control Sistem ) sebagai panduan budi daya kakao
4. Memohon kesediaan Bapak Bupati untuk memberikan Kata pengantar pada Buku Panduan ICS Kakao
1. Silahturahmi dan perkenalan
2. Diskusi tentang peningkatan kualitas dan produktifitas kakao di Kulon Progo
3. Diskusi tentang Buku Panduan ICS (Internal Control Sistem ) sebagai panduan budi daya kakao
4. Memohon kesediaan Bapak Bupati untuk memberikan Kata pengantar pada Buku Panduan ICS Kakao
Bupati
dan Kepala Dinas pada kesempatan itu menyambut baik kedatangan petani kakao,
menjelaskan tentang bagaimana meningkatkan produksi dan kualitas kakao maka petani harus melakukan perawatan tanaman dan
melakukan pola tanam yang baik, petani Kulon Progo setiap tahun pasti menambah
jenis tanaman pada lahan yang sempit, dengan demikian tumpangsari menjadi tidak
rasional, tanaman kakao harus bersaing dengan tanaman keras seperti Mahoni,
sengon, bambu, jati dll, kondisi ini memperburuk kondisi lahan, tanaman menjadi
tidak berkembang, banyak penyakit dan hama , maka produksi dan kualitas kakao
menjadi rendah.
Tentang keberadaan Forum Bupati berpesan agar
kelompok ini benar-benar melakukan aktifitas budidaya kakao, semua petani yang
tergabung juga harus memiliki tanaman kakao jangan sampai kita teriak-teriak
tentang kakao tetapi kita sendiri tidak mengelola, tentang kesediaan bupati
untuk memberi kata pengantar pada Buku Panduan ICS yang akan dicetak, bupati
berharap ada perbaikan tentang sumber dan referensi materi harus dicantumkan ,
alasan mencetak buku juga harus jelas sehingga ada beda dengan buku panduan
teknis yang sudah ada, tentu saja setelah itu bupati bersedia untuk memberi
sambutan pada buku itu.
Diskusi
ini diakhiri dengan tawaran Bupati untuk mengajak Forum melakukan pertemuan
dengan produsen coklat “ Monggo” di Yogyakarta dan pihak akademisi untuk
menjajaki kemungkinan pemasaran kakao dan bagaimana pengolahan kakao menjadi
makanan atau bubuk coklat. (HDN12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar